RI dan Australia Ciptakan Kerja Sama Ekonomi Lebih Modern

Dalam perundingan putaran ketiga, Indonesia dan Australia sepakat untuk memudahkan implementasi IA-CEPA.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Mei 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2016, 17:00 WIB
20151022-Bongkar Muat Peti Kemas-Jakarta
Suasana bongkar muat peti kemas di JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (22/10/2015). Mendag Thomas T. Lembong memproyeksikan, kinerja ekspor hingga akhir tahun akan turun 14% dan impor turun 17% secara year on year. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Australia menyepakati kerja sama ekonomi yang didesain lebih modern dan menyeluruh. Ini bagian dari reaktivasi perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

"Sesuai dengan kesepakatan kedua Menteri Perdagangan, Indonesia dan Australia sepakat IA-CEPA merupakan bentuk kerja sama ekonomi yang komprehensif dan modern yang sifatnya bukan traditional free trade agreement (FTA)," ujar Ketua Kelompok Perunding Indonesia Deddy Saleh usai putaran ketiga IA-CEPA di Yogyakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (8/5/2016).

Deddy menuturkan, bentuk kerja sama IA-CEPA ini akan saling menguntungkan, win-win arrangement, dan dapat dicapai secara realistis dengan menghasilkan kesepakatan awal yang dapat segera diimplementasikan.

Di tempat sama, Ketua Delegasi Australia Frances Lisson menuturkan, dalam perundingan putaran ke-3 ini, kedua pihak sepakat untuk mempermudah implementasi IA-CEPA.

"Pada perundingan kali ini telah disepakati kalau implementasi dari IA-CEPA akan dilakukan lebih mudah sehingga pelaku usaha lebih cepat mengambil manfaat kerja sama ini," tutur Frances Lisson.

Sementara itu, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo meyakini reaktivasi perundingan IA-CEPA sangat menguntungkan kedua negara. Perundingan ini juga menjadi upaya mempererat hubungan perdagangan Indonesia dan Australia dalam konteks lebih luas.

"Dengan kembali aktifnya perundingan ini, Indonesia dan Australia memasuki babak baru untuk meningkatkan hubungan perdagangan bilateral, baik sektor barang dan jasa, serta dapat mengundang lebih banyak investasi ke Indonesia. Selain itu, juga meningkatkan kerja sama di pendidikan, pariwisata, serta hubungan people to people yang lebih erat," ujar Iman.

Iman mengatakan, selama perundingan, kedua negara mencapai beberapa kesepakatan awal. Indonesia-Australia sepakat melibatkan para pelaku usaha secara aktif selama perundingan berlangsung.

Perundingan juga sepakat mendorong kerja di berbagai sektor termasuk pendidikan, tenaga kerja, keuangan, pertanian, inovasi pengolahan makanan, pariwisata dan infrastruktur.

Kerja sama ekonomi diharapkan membawa perubahan penting bagi Indonesia lebih besar. Di sektor perdagangan, tren perdagangan Indonesia dengan Australia turun 4,25 persen pada periode 2011-2015. Sedangkan, total perdagangan Indonesia dengan Australia mencapai US$ 8,5 miliar pada 2015 atau turun 19,8 persen dari sebelumnya US$ 10,6 miliar pada 2014.

"Nilai ekspor Indonesia ke Australia pada 2015 mencapai US$ 3,7 miliar, sedangkan pada tahun yang sama, impor Indonesia dari Australia sebesar US$ 4,8 miliar. Dengan nilai itu, perdagangan Indonesia dengan Australia defisit sebesar US$ 1,1 miliar. Kami berharap IA-CEPA dapat membawa surplus perdagangan bagi Indonesia dan secara prinsip menguntungkan kedua negara," kata Iman.

Masuknya sektor pendidikan dan jasa diharapkan mampu "berbicara" lebih besar dalam meningkatkan neraca perdagangan Indonesia dengan Australia. Kedua sektor ini belum banyak di sentuh.

Ada pun agenda utama perundingan ke-3 IA-CEPA ini membahas perkembangan dan tindak lanjut early outcomes IA-CEPA, serta membahas isu utama IA-CEPA yaitu trade in goods, trade in services, dan investment. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya