Liputan6.com, Jakarta - Dalam proyek 35 ribu megawatt (MW), pemerintah banyak membangun pembangkit di wilayah Jawa. Padahal di luar Jawa yang sering dilanda mati lampu, porsi pembangkit listirk yang akan dibangun justru lebih kecil.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Direktur utama PLN Sofyan Basir menjelaskan, penentuan porsi kapasitas Pembangkit dalam proyek 35 ribu MW berdasarkan proyeksi kebutuhan dan permintaan listrik di daerah.
Dia menyebutkan, saat ini permintaan listrik terbesar ada di Jawa. Konsumsi listrik industri, perkantoran, bisnis dan perumahan di Jawa terus bertumbuh.
"Saat ini meski di Jawa ada reserve margin (cadangan listrik) 30 persen, tapi pada saat malam hari itu langsung terserap permintaan industri, hotel yang luar biasa di Jawa," jelas Sofyan dalam diskusi 'Implementasi Pembangunan Pembangkit 35 Ribu MW' di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Baca Juga
Meski porsi pembangkit di luar Jawa lebih kecil, namun kapasitas tersebut sudah disesuaikan dengan permintaan daerah setempat. "Jumlah penduduk di daerah lain sedikit dan tersebar. Di luar proyek 35 ribu MW, kami ada program khusus untuk masyarakat di Indonesia Timur," paparnya.
Bahkan untuk menjamin ketersediaan listrik di Tanah Air, kini PLN telah membentuk tujuh Direktorat Regional. Seluruh Direktorat ini bertugas untuk mengamankan pasokan listrik di masing-masing regional sehingga tidak ada daerah yang dianakemaskan.
"Untuk di luar Jawa terutama Indonesia Timur, penilaian direksinya bukan Dari finansial tapi lebih bagaimana rasio elektrifikasi bisa tumbuh," terangnya.
Untuk diketahui, hingga kuartal I 2016, sebanyak 12.226,8 MW atau 34,4 persen pembangkit listrik dari proyek 35 ribu MW sedang dalam tahap perencanaan. Kemudian sebanyak 8.377,7 MW atau 23,6 persen sedang dalam tahap pengadaan.
Selain itu, PLN juga telah melakukan banyak penandatanganan kontrak jual beli. PLN telah melakukan kontrak jual beli atau Power Purchase Agreement (PPA) sebesar 10.941 MW atau 30,8 persen.
Sementara itu, untuk kemajuan konstruksi sudah mencapai 3.862 MW €Žatau 10,9 persen meliputi pembangunan pembangkit, transmisi dan Gardu Induk.
Dari proyek 35 ribu MW tersebut, sebesar 397 MW pembangkit telah berhasil beroperasi dan masuk sistem kelistrikan. Salah satunya yaitu Pembangkit LIstrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo yang telah mampu beroperasi maksimal dan mengatasi defisit listrik di Gorontalo.Â
Â
Advertisement