Liputan6.com, New York - Harga minyak Amerika Serikat (AS) terus merangkak naik. Kenaikan harga minyak AS tersebut juga diikuti dengan kenaikan harga minyak yang menjadi patokan dunia. Dari sepuluh sesi perdagangan di bursa New York, AS, delapan perdagangan mencatatkan kenaikan.
Pendorong utama kenaikan harga minyak adalah kebakaran yang masih berlangsung di Kanada. Kebakaran tersebut membuat beberapa sumur minyak menghentikan proses penambangan. Perusahaan-perusahaan tambang pun mengevakuasi para pekerjanya.
Dengan adanya penutupan sumur tambang tersebut membuat produksi minyak di AS turun. Setidaknya pasokan di pasar berkurang satu juta barel per hari.
Baca Juga
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (18/5/2016), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Juni naik 59 sen atau 1,2 persen ke angka US$ 48,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Angka tersebut merupakan penutupan tertinggi sejak Oktober 2015 lalu.
Sedangkan untuk minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia, naik 31 sen atau 0,6 persen ke angka US$ 49,28 per barel di ICE Future Europe. Merupakan penutupan tertinggi sejak 3 November 2015 lalu.
Kebakaran di Kanada mendorong harga minyak naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Harga minyak terus menerus mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun ini sejak terjadinya kebakaran di Kanada tersebut.
Keadaan darurat telah diberlakukan di Provinsi Alberta, Kanada. Kebakaran besar memaksa sekitar 88 ribu warga Fort McMurray dievaluasi dari kota yang mereka tinggali. Api bergerak cepat sejak berkobar pada Minggu 1 Mei hingga saat ini.
Sebenarnya, kenaikan harga minyak tidak hanya karena adanya kebakaran di Kanada saja. Ada beberapa sentimen lain yang juga ikut mendorong kenaikan harga minyak. Namun memang sentimen dari kebakaran tersebut menjadi sentimen terbesar pendorong kenaikan harga minyak.
Beberapa sentimen lain yang ikut mendorong kenaikan harga minyak adalah pengurangan produksi di Nigeria dan juga pengurangan produksi yang dilakukan oleh Goldman Sachs Group Inc.
"Pengurangan stok minyak terus berlanjut," jelas Wakil Presiden perusahaan investasi R.J. O’Brien & Associates LLC Ric Navy. Pengurangan stok minyak tersebut menjadi katalis kenaikan harga minyak secara pelan namun pasti.
Advertisement