Liputan6.com, Jakarta - Maraknya kasus pengedaran uang palsu jelang Lebaran terus menjadi perhatian banyak pihak. Demi mengantisipasi peredaran uang palsu, Bank Indonesia (BI) diminta memperbanyak lokasi penukaran uang.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati‎ mengatakan, dari tahun ke tahun, peredaran uang palsu terus meningkat. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan karena merugikan masyarakat. Untuk menghindari meluasnya peredaran uang palsu, Enny meminta kepada Bank Indonesia memperbanyak lokasi penukaran uang.Â
"Di momen lebaran kan masyarakat ada anomali tukar uang baru kan tinggi, BI harus memperbanyak stand penukaran uang itu. Ya demi mengurangi adanya korban uang palsu," kata Enny saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (10/6/2016).
Di katakan Enny, peredaran uang palsu itu sebenarnya lebih banyak di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Karena para pengedar memanfaatkan minimnya pengetahuan masyarakat akan perbedaan uang palsu dan uang asli. Selain itu, fasilitas pendeteksi uang palsu di daerah juga masih terbatas.
Baca Juga
Selain itu, Enny berpendapat BI juga harus meningkatkan sosialisasi kepada beberapa kalangan masyarakat. Tidak hanya orang dewasa, namun pengetahuan mengenai uang ini harus dikenalkan kepada para pelajar sekolah dasar.
"Sekarang itu pihak yang melakukan kejahatan lebih lihai dari otoritas moneternya sendiri. Sekarang uang palsu sama asli itu benar-benar hampir tidak bisa dibedakan, sulit sekali, apalagi kalau orang yang belum paham," jelas dia.Â
Sebelumnya pada 6 Juni 2016, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaedi mengatakan, sampai pada Mei 2016 posisi uang palsu yang beredar sebanyak 5 lembar per 1 juta lembar. ‎"Kalau yang ditemukan sampai saat ini masih sekitar Pulau Jawa," kata dia di Gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin (6/6/2016).
Meski begitu, pihaknya tak bisa memastikan lokasi kota mana saja yang rawan akan peredaran uang palsu. Dia bilang, laporan peredaran uang palsu yang diterima BI merupakan kasus yang diungkap kepolisan.
"Yang saya sampaikan di mana pada saat itu ditemukan. Bukan berarti dibuat (uang palsu), tapi adalah ditemukan diungkap aparat kepolisian," ujar dia.
Lebih lanjut, Suhaedi mengapresiasi kinerja kepolisian yang gesit dalam mengatasi peredaran uang palsu. Dia juga memberi apresiasi masyarakat yang cerdas membedakan antara uang palsu dan uang asli.
"Kita apresiasi kerjasama aparat kepolisian yang menindaklanjuti laporan masyarakat. Paduan antara kesadaran lebih tinggi mengenai ciri keaslian rupiah dan kesigapan aparat untuk mengungkapkannya," ungkap dia.