KEIN: Pembangunan Industri Sawit Harus dari Hulu ke Hilir

Industri sawit Indonesia masih sulit bermain di pasar internasional karena adanya isu lingkungan hidup.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Jun 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2016, 10:30 WIB
20160304-Kelapa Sawit-istock
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), berharap Indonesia bisa memperkuat industri kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) baik di hulu maupun hilir. Penguatan ini diperlukan agar industri CPO Indonesia bisa bersaing di pasar global.

Anggota KEIN, Hendri Saparini menjelaskan, industri sawit Indonesia masih sulit bermain di pasar internasional khususnya dalam menghadapi strategi dagang yang dilakukan negara Eropa dan Amerika Serikat terutama mengenai isu lingkungan yang kerap digulirkan. Hal itu kemudian menyebabkan pemasaran produk CPO Indonesia terganjal di pasar dunia.

Ia melanjutkan, ada dua hal yang bisa dilakukan Indonesia dalam bersaing di pasar dunia. Pertama strategi persaingan teknis dan kedua menyangkut soal politis yakni lobi.

Secara strategis, Hendri mencontohkan seperti negara Malaysia. Negara tersebut saat ini memiliki banyak lahan sawit untuk ditanami di beberapa negara. Tapi secara lobi Malaysia juga didukung oleh kampanye dari negaranya.

"Indonesia dan Malaysia saat ini sudah bekerja sama pengolahan. Nah, sekarang kita harus tahu positioning mau dimana, karena lahan kita lebih luas dan kita mau memberi dukungan apa bagi industri turunan? Kalau lebih menarik dibanding Malaysia pasti kita akan unggul," kata Hendri kepada Liputan6.com seperti ditulis, Jumat (17/6/2016). 

Menurut Hendri, saat ini importir CPO terbesar dunia masih berasal dari India, Pakistan dan China. Jika Indonesia mampu mendekati negara-tersebut maka sudah separuh pasar CPO dunia dapat dikuasai oleh Indonesia. 

"Artinya kalau memang kita putuskan CPO adalah salah satu prioritas kita maka kita kerjakan di hulu dan hilir, karena itu bisa memberi nilai tambah bagi kita. Jadi kita benar-benar total," katanya.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2016 turun 24 persen menjadi 1,74 juta ton dari bulan sebelumnya. Sementara secara year on year, ekspor minyak sawit Indonesia pada kuartal I 2016 naik 9 persen menjadi 6,14 juta ton periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,6 juta ton. (Ekarina)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya