Pound Sterling Terendah dalam 30 Tahun Akibat Brexit

Pound sterling jatuh lebih dari 10 persen. Angka tersebut merupakan yang terburuk sejak 1985.

oleh Vina A Muliana diperbarui 24 Jun 2016, 12:58 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2016, 12:58 WIB
Infografis Brexit (liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Brexit (liputan6.com/Deisy Rika)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar pound sterling jatuh ke posisi terendah dalam 30 tahun terhadap dolar. Ini terjadi usai hasil referendum sementara atau yang disebut Brexit mengisyaratkan Inggris akan keluar dari Uni Eropa (UE).

Nilai mata uang ini jatuh ke posisi terendah sejak 1985 setelah British Broadcasting Corp memprediksi kemenangan bagi para pemilih yang ingin keluar dari UE. Hal ini turut mendorong jatuh indeks saham dan bank.

Melansir laman Bloomberg, Jumat (24/6/2016) pound sterling anjlok lebih dari 10 persen. Angka ini merupakan yang terburuk bila dibandingkan dengan penurunan pada 1992 yang hanya mencapai 4,1 persen.

Kepala Keuangan Global HSBC Holdings Plc David Bloom mengatakan bahwa hal ini merupakan satu masa yang akan selalu diingat dalam sejarah perekonomian dunia.

Nilai pound sterling turun 10 persen ke level US$ 1,3319. Bloomberg British Pound Index, yang melacak nilai pound sterling terhadap tujuh mata uang utama, susut 10 persen. Sementara nilai FTSE 100 turun 7,5 persen. Saham Standard Chartered Plc dan HSBC ikut melemah di Asia.

Nilai pound sterling sudah berfluktuasi sejak kampanye Brexit dimulai pada Februari. Sebelumnya nilai pound sterling sempat menanjak ke level US$ 1,5 untuk pertama kalinya akibat survei yang mengungkap 52 persen warga Inggris memutuskan untuk tetap bergabung di UE.

Kabar akan referendum ini juga telah bergaung di seluruh penjuru dunia. Beberapa ekonom ikut mengingatkan kepada Inggris untuk mempertimbangkan risiko yang ada apabila memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.

Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed) Janet Yellen mengatakan, Brexit ini merupakan salah satu faktor yang membuat pemerintah Amerika tetap mempertahankan suku bunga pada bulan ini.

Survei yang digelar Bloomberg beberapa waktu lalu sudah memperlihatkan bahwa nilai tukar pound sterling akan jatuh setelah hasil jajak pendapat keluar. Kejatuhan pound sterling bakal mampu mendorong kinerja ekspor.

Namun di sisi lain, hal ini bisa berdampak negatif karena dapat menaikkan harga produk bagi penduduk Inggris. (Vna/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya