Gencar Bangun Infrastruktur, Indeks Logistik RI Masih Rendah

Kondisi ini menunjukkan belum berdampaknya pembangunan infrastruktur, terutama tol laut untuk menekan biaya logistik di Tanah Air.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Jul 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2016, 11:00 WIB
20160218-Kereta-Logistik-Jakarta-FF
Petugas mengecek kontainer sebelum proses bongkar muatan KA Logistik saat tiba di Stasiun Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Kamis (18/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI)‎ mengeluhkan keterpurukan rapor Indeks Kinerja Logistik atau Logistics Performance Index (LPI)  Indonesia yang turun ke peringkat 63 di tahun ini dibanding posisi sebelumnya di urutan 53, berdasarkan laporan Bank Dunia.

Kondisi ini menunjukkan belum berdampaknya pembangunan infrastruktur, terutama tol laut untuk menekan biaya logistik di Tanah Air.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengungkapkan, pemerintah belum maksimal menggarap tol laut sehingga manfaatnya masih sulit dirasakan pengusaha logistik. Padahal, jika pemerintah fokus pada infrastruktur di laut sebagai andalan jalur distribusi barang, biaya logistik bisa ditekan.

"Sekarang tol laut masih disubsidi tidak? Kan sudah over bujet. Penggunaan enam trayek tol laut saja belum maksimal, jadi sekarang masih lebih mahal angkut barang lewat laut sebesar 15 persen sampai 20 persen dibanding jalur darat," papar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (11/7/2016).

‎Di sisi lain, kata Zaldy, pemerintah Jokowi terlalu sibuk membangun jalan-jalan tol di sejumlah ruas di daerah, sehingga memicu pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi lebih besar. Akibat kapasitas jalan dan kendaraan yang tidak seimbang, menimbulkan kemacetan di jalan. Ujung-ujungnya, biaya logistik semakin membengkak.

"Tapi pengusaha tidak punya pilihan lain lewat jalur darat walaupun sekarang biaya solar mahal, sewa truk, dan lainnya. Jadi pembangunan tol bukannya malah mengurangi cost, tapi justru menambah biaya," keluh dia.

Zaldy berharap, kinerja logistik Indonesia bisa terus naik dan berada di bawah peringkat 40 dunia. Minimal, bersaing dengan Thailand. Sebab, biaya logistik di Tanah Air masih jauh lebih tinggi dibanding negara tetangga, Malaysia dan Thailand.

"Kalau LPI bisa di bawah 40, lebih bagus. Minimal bersaing dengan Thailand. Biaya logistik kita masih 24 persen, Malaysia 15 persen sampai 16 persen, sedangkan Thailand 19 persen. Jauh di bawah mereka kan," cetusnya.

Hanya saja, dia bilang, pemerintah perlu bekerja keras untuk mewujudkannya atau memperbaiki kinerja logistik Indonesia ke depan. Salah satunya memacu pembangunan tol laut dan infrastruktur pendukungnya lebih maksimal.

"Harus lebih banyak pelabuhan besar dibangun, kapal tol laut diperbanyak. Infrastruktur harus lebih baik dibanding jalan tol. Juga cabut regulasi yang malah bikin biaya logistik melambung, seperti biaya bongkar muat di pelabuhan yang mahal," harap Zaldy.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya