Liputan6.com, Jakarta - Menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto bertekad untuk melakukan pembenahan. Apalagi, Pertamina dulu juga identik dengan Petral, yang dinilai banyak terjadi kecurangan di dalamnya.
“Setelah masuk, saya bisa melihat bahwa memang ada beberapa yang harus dibenahi," ujar Dwi.
Ia langsung menganalisis banyak masalah dan memecahkannya satu per satu. Mulai dari mengubah kerugian menjadi laba perusahaan hingga membubarkan Petral. Soetjipto mampu menjawab keraguan semua pihak akan kepimpinannya di Pertamina.
Advertisement
”Setelah setahun saya menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina, saya bisa membubarkan Petral. Dengan dibubarkannya Petral kita berkonsentrasi pada ISC maka di proses pengadaan minyak dan pada tahun 2015 kita mampu mendapatkan efisiensi anggaran hingga US$ 208 juta. Itu kan lebih dari Rp 2,7 triliun” jelasnya.
Langkah berani yang diambil oleh Soetjipto
Baca Juga
tidak sampai di situ. Ia mampu mengubah kerugian yang ditimbulkan dari kasus “minyak bocor" yang dilakukan oleh mafia migas hingga mengonversinya menjadi keuntungan.
“Orang-orang meributkan kasus 'minyak hilang di jalan' yang dilakukan oleh banyak mafia migas. Namun setelah kita beri perhatian, kita bisa mendapatkan biaya penghematan hingga US$ 255 juta (sekitar Rp 2,9 triliun). Dengan total efisiensi lainnya yang dilakukan Pertamina pada tahun 2015 itu mencapai US$ 608 juta dan itu lebih dari Rp 8 triliun,” Ujar pria berusia 60 tahun itu.
Dwi melakukan beberapa efisiensi hingga mengubah kerugian menjadi pendapatan.
Dia juga berkisah ketika harga minyak anjlok dan perusahaan minyak lain goyah kemudian mem-PHK karyawannya, Pertamina berupaya keras mencari solusi di samping melakukan pemecatan karyawan.
“Ketika harga minyak dunia turun hingga 60 persen kita bisa melakukan revenue sehingga nilai revenue Pertamina turun 40 persen. Tidak stabilnya harga minyak dunia membuat banyak perusahaan minyak lain yang memberhentikan karyawannya seperti Petronas, Shell dan Chevron. Tapi Pertamina bertekad untuk tidak memberhentikan karyawannya, bahkan kinerja perusahaan bisa kita tingkatkan," tuturnya. (Nabila)