Masalah Pasokan Kembali Tekan Harga Minyak

Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 21 sen atau 0,5 persen ke angka US$ 42,92 per barel

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Jul 2016, 05:01 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2016, 05:01 WIB
Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 21 sen atau 0,5 persen ke angka US$ 42,92 per barel
Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 21 sen atau 0,5 persen ke angka US$ 42,92 per barel

Liputan6.com, New York - Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir pada penutupan perdagangan Selasa ini. Kelebihan pasokan akan bahan bakar minyak (minyak olahan) menjadi penekan utama harga minyak.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (27/7/2016), harga minyak AS untuk pengiriman September turun 21 sen atau 0,5 persen ke angka US$ 42,92 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia naik 15 sen atau 0,3 persen ke US$ 44,87 per barel di ICE Futures Europe.

Kekhawatiran akan kelebihan pasokan telah mendorong harga minyak terus melemah sepanjang perdagangan Juli ini, membalikkan reli yang telah terjadi selama lima bulan sebelumnya dan sempat mengantar harga minyak sampai menyentuh level US$ 50 per barel.

Para analis memperkirakan, penurunan harga minyak ini karena persediaan minyak olahan berlebih sehingga telah memenuhi kilang-kilang. Selain itu, permintaan pasar dunia akan minyak mentah AS juga belum pulih.

Meskipun belum ada tanda-tanda kenaikan permintaan, beberapa produsen minyak AS telah menunjukkan persiapan untuk kembali meningkatkan aktivitas pengeboran setelah melihat harga minyak bisa kembali menembus level US$ 50 per barel pada bulan lalu.

Pada pekan lalu, jumlah sumur minyak yang kembali beraktivitas setelah sebelumnya sempat vakum mencapai 15 sumur minyak. Menurut analis komoditas dari Sweden’s SEB Bank Bjarne Schieldrop, jumlah sumur minyak yang aktif kembali pada minggu lalu terbanyak jika dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya.

"Kebangkitan jumlah sumur pengeboran minyak menjadi cermin reli harga minyak pada 2015 ini setelah sebelumnya telah runtuh cukup dalam," jelas Schieldrop.

Data pemerintah AS pada pekan lalu menunjukkan bahwa produksi minyak mendatar. Para analis, broker dan juga pelaku pasar yang disurvei Wall Street Journal berharap terjadi penurunan stok minyak mentah sebesar 1,6 juta barel sehingga bisa mendorong kenaikan harga minyak. (Gdn/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya