Liputan6.com, Jakarta Kebutuhan anggaran untuk proyek infrastruktur di ASEAN diperkirakan mencapai US$ 3,3 triliun dan tertuang dalam Master Plan for ASEAN Connectivty (MPAC) 2025. Dari proyek-proyek dalam master plan itu, sebagian berada di Indonesia.
Wakil Tetap Republik Indonesia untuk ASEAN Rahmat Pramono mengatakan, dari US$ 3,3 triliun, sebagian besar diperuntukkan untuk proyek terkait dengan transportasi. Sedangkan sisanya untuk proyek energi, pengairan dan lain-lain.
"Paling besar itu untuk infrastruktur transportasi itu US$ 1,2 triliun, listrik US$ 1 triliun, air itu US$ 0,6 triliun. Itu porsinya sampai 2030. Kalau yang ASEAN Book itu (Master Plan for ASEAN Connectivty) sampai 2025, kalau perhitungannya sampai 2030," ujar dia di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Advertisement
Dia menjelaskan, sejumlah proyek di Indonesia yang masuk dalam master plan tersebut antara lain, jalan Trans Sumatera, proyek pembangkit listrik 35 ribu mega watt (MW) dan proyek pembangunan pelabuhan.
"Yang pertama itu (MPAC) sampai 2015, yang kedua itu 2016 sampai 2025. Itu semua kita membuat untuk meng-in line dengan program nasional, seperti pelabuhan, Trans Sumatera, listrik kemarin kita masukan dua yang di Kalimantan, Pontianak-Serawak. Kemudian di Malaka-Pekanbaru prioritas kita. Pelabuhan, dari 47 pelabuhan di ASEAN,14-15 pelabuhan itu di Indonesia. Itu pokoknya, sisanya di negara ASEAN," jelas dia.
Rahmat mengungkapkan, dokumen MPAC 2025 ini masih dalam proses finalisasi antar perwakilan negara-negara ASEAN. Rencananya, pada September 2016 MPAC tersebut ditandatangani para kepala negara di ASEAN.
"Kita sudah mencoba masukan semua tapi dokumen ini belum final, arus diselesaikan dulu sebelum September ini. Mudah-mudahan yang menjadi kepentingan kita bisa dimasukan. Prioritas tentu yang tiga tadi, pelabuhan, jalan dan listrik," tandas dia.