Tak Hanya RI, Malaysia Juga Punya Masalah Kemiskinan

Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato' Sri Mohammad Najib Tun Abdul Razak menyoroti masalah ekonomi dunia termasuk Malaysia

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Agu 2016, 12:59 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2016, 12:59 WIB
20160801-Presiden-Joko-Widodo-Terima-Kunjungan-PM-Malaysia-Jakarta-Najib-Razak-FF
PM Malaysia, HE Dato Sri Muhammad Najib Tun Abdul Razak (kiri) bersalaman dengan Presiden Jokowi (kanan) saat tiba di Jakarta, Senin (1/8). Pertemuan membahas Konsultasi Bilateral Tahunan RI-Malaysia ke-11. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Perdana Menteri (PM) Malaysia, Dato' Sri Mohammad Najib Tun Abdul Razak menyoroti masalah stabilitas politik, keamanan, dan ekonomi dunia yang saling berkaitan erat satu sama lain. Tak terkecuali Malaysia, yang juga punya masalah ekonomi, salah satunya kemiskinan.

Najib mengatakan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) berdampak besar terhadap perekonomian Eropa khususnya dan dunia pada umumnya. Sebab, lanjut Najib, banyak negara di kawasan Eropa yang belum mengalami pemulihan ekonomi. Kemudian dihantam lagi dengan ketidakpastian baru akibat Brexit.

"Laju pertumbuhan ekonomi Eropa sejak 2008 sangat lamban, tapi kondisi ini berbeda dengan kawasan ASEAN yang mencatatkan Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan mencapai US$ 2,6 triliun, dan diharapkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi di 2016," ucap Najib saat acara WIEF ke-12 di JCC, Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Dengan realisasi tersebut, sambungnya, ASEAN masuk dalam pasar konsumsi terbesar dunia. Ekonomi Islam di negara-negara kawasan Asia Tenggara tumbuh dua kali lipat dengan konsumsi umat muslim mengalami kenaikan, baik di sektor keuangan syariah, fesyen muslim, makanan halal dan lainnya.

Sementara itu, Najib bilang, ‎pemerintah Malaysia berupaya mengendalikan laju inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi meskipun harga komoditas masih anjlok. "Sayangnya, kami masih punya masalah kemiskinan, pendidikan. Sehingga kami berusaha mengurangi permasalahan tersebut melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi," jelas Najib.

Di tengah ketidakpastian dunia, dia mengutuk keras segala bentuk aksi terorisme yang telah memecahbelah umat muslim. Padahal dunia sangat mengharapkan stabilitas politik, perdamaian dan keamanan untuk kemajuan perekonomian.

"Terlalu banyak gonjang ganjing ‎saat ini, seperti terorisme membunuh ribuan nyawa. Hal ini perlu kerjasama pemimpin negara dunia untuk memberantas aksi ini. Kita harus mengambil tanggungjawab sendiri, jadi kita sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim harus mengutuk mereka (teroris)," jelas Najib. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya