Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah berakhir sedikit lebih rendah di akhir pekan ini melanjutkan pelemahan sejak awal sesi, seiring penguatan dolar dan laporan data pekerjaan AS yang naik.
Melansir laman Reuters, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) susut 13 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 41,80 per barel untuk kontrak September, usai jatuh hampir 2 persen sebelumnya. Adapun untuk kontrak Oktober menetap di US$ 42,57 per barel.
Sementara minyak mentah Brent turun hanya 2 sen di US$ 44,27 per barel. Pada awal sesi harga sempat jatuh di posisi US$ 43,51 per barel.
Penurunan harga terjadi usai Dolar menunjukkan penguatan, dipicu laporan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Juli. Kemudian berlanjut menjadi kenaikan terbesar greenback dalam enam minggu.
Advertisement
Baca Juga
Dolar yang lebih kuat biasanya membuat minyak dan komoditas lainnya dalam mata uang greenback menjadi kurang terjangkau untuk pemegang euro dan mata uang lainnya, yang kemudian mengurangi permintaan.
Minyak, yang jatuh hampir 2 persen di awal sesi, mengupas kerugiannya karena dolar. Investor yang membuat mata uang ini menjadi bearish di awal pekan ketika harga minyak mentah AS turun di bawah US$ 40 pertama kalinya sejak April, menurut pedagang.
"Masih banyak di luar sana yang takut harga minyak rebound lebih lanjut pada saat ini. Dan itu mungkin yang memicu akhir short-covering," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.
Beberapa mengatakan minyak bisa lebih rendah lagi. Hedge fund, beberapa pedagang membuat taruhan positif pada minyak mentah AS sejak Februari.
"Harga mungkin bertahan di atas US$ 40 minggu depan, tapi saya yakin kita akan diperdagangkan pada US$ 42 ketika baru WTI bulan depan datang," ujar Phil Davis, pedagang di PSW Investasi, San Diego.
Dalam sepekan, Brent naik lebih dari 4 persen sedangkan WTI adalah sedikit lebih rendah, terdorong laju harga yang mendekati 6 persen selama dua sesi terakhir.
Upaya menyeimbangkan pasar minyak mengalami proses yang panjang dan melelahkan karena negara-negara pengekspor minyak terpukul kemerosotan harga yang terjadi pada 2014-15.