RI Bakal Jadi Negara Pertama Bangun Kilang Mini di Tengah Laut

Kapasitas kilang minyak mini disesuaikan dengan produksi minyak blok East Natuna sekitar 7.000-15.000 barel per hari.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Agu 2016, 11:45 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2016, 11:45 WIB
Kilang RFCC Milik PT Pertamina (Persero) di Cilacap, Jawa Tengah.
Kilang RFCC Milik PT Pertamina (Persero) di Cilacap, Jawa Tengah (Foto: Pebrianto Eko/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana membangun fasilitas pengolahan minyak (kilang) mini berkapasitas 20 ribu barel per hari di Natuna. Hal tersebut merupakan bentuk  pengembangan sektor migas di Blok East Natuna.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, infrastruktur ini akan dibangun di tengah laut dengan investasi lebih dari  Rp 250 miliar. Apabila terwujud, Indonesia menjadi negara pertama yang membangun kilang minyak mini di tengah laut.

"Investasi untuk pembangunan kilang minyak mini ini, pada awalnya akan ditawarkan kepada badan usaha. Apabila tidak ada yang berminat, maka pembangunan kilang akan menggunakan dana Pemerintah," kata Wiratmaja, dalam situs resmi Direktorat Jenderal Migas, di Jakarta, Senin (8/8/2016).

Wiratmaja menuturkan, kapasitas kilang minyak mini ini, disesuaikan dengan produksi minyak Blok East Natuna yang diperkirakan sekitar 7 ribu -15 ribu barel per hari.  Rencananya, kilang minyak mini dibangun di tengah laut di ujung kepulauan Natuna.  Selain agar dapat digunakan bersama-sama dengan blok migas lainnya, pembangunan kilang juga dilakukan demi kedaulatan negara.

Wiratmaja mengatakan,  teknologi yang akan digunakan untuk membangun kilang mini di tengah laut tersebut  telah tersedia. Namun, ia mengakui, belum  ada negara yang membangun kilang minyak mini di tengah laut karena biayanya yang relatif mahal. Terutama jika dibandingkan dengan pembangunan kilang di darat.

"Membangun kilang di tengah laut itu, keuntungannya kecil banget. Malahan mungkin tidak ada untung. Semakin besar kilang yang dibangun, semakin enak untuk profit," ujar Wiratmaja.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah berencana memproduksi lebih  dulu cadangan minyak di Blok East Natuna, baru kemudian gasnya. Diperkirakan diperlukan waktu 3 tahun agar kandungan minyaknya dapat berproduksi atau sekitar 2019. Produksi minyak ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di sekitar Natuna, antara lain untuk bahan bakar kapal TNI.

Blok East Natuna memiliki 2 level yang level atas merupakan gas dan level bawah adalah minyak. Cadangan gas di East Natuna diperkirakan 4 kali lipat dari Blok Masela.

Untuk pengembangan gas ini, sedang dilakukan kajian teknologi dan market review oleh Pertamina yang memakan waktu 2 tahun. Namun Pemerintah telah meminta agar BUMN tersebut mempercepat waktunya menjadi 1,5 tahun sehingga tahun 2017 sudah dapat ditetapkan PSC yang baru. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya