Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tips penggunaan uang yang mungkin sering kamu dengar adalah gunakan uang tunai kalau melakukan transaksi. Hal ini ada benarnya, karena dampak dari dompet yang semakin menyusut saat uang tunai kamu tinggal sedikit akan langsung terasa dibandingkan dengan penggunaan kartu debit atau kredit.
Bagaikan koin dengan dua sisi, penggunaan uang tunai sepenuhnya tidak serta merta bagus juga. Ada beberapa hal yang justru membuat penggunaan uang tunai lebih tidak hemat dibandingkan alat pembayaran lainnya. Simak contohnya di bawah ini seperti dikutip dari HaloMoney:
1. Lumayan mudah tergoda beli jajanan/camilan
Jika kamu tipe yang sulit mengontrol keinginan untuk jajan namun sering membawa uang tunai dalam jumlah banyak, sebaiknya waspadalah. Kamu akan mudah tergoda untuk membeli berbagai camilan yang dijajakan di kantor atau kantin (dan bisa bikin gendut lho).
Advertisement
Bisa jadi juga kamu tergoda untuk sering membeli jajanan di jalan. Kecuali memang sudah dianggarkan, pengeluaran untuk jajan ini dapat membuat kamu boros.
2. Boros kembalian
Bagi kamu yang sering berbelanja di toko atau supermarket, pasti tidak asing dengan harga-harga yang angkanya ‘jelek’ seperti Rp 852.950 atau Rp 2.095.107 (karena efek diskon). Sebagian toko atau supermarket memang memberi kompensasi kembalian dengan permen, tapi belum tentu berguna untuk kamu kan?
Bahkan, banyak yang membulatkan harga ke atas sehingga kamu tidak mendapatkan kembalian yang utuh.
Jika dalam sehari kamu kehilangan potensi kembalian sebesar Rp 500, dalam sebulan kamu sudah kehilangan Rp 15 ribu atau setara dengan Rp 180 ribu dalam setahun. Jumlah yang lumayan, bukan?
Â
Uang rusak hilang nilainya
3. Uang rusak hilang nilainya
Uang tunai terutama uang kertas mudah menjadi cacat dan sobek sehingga belum tentu dapat diterima sebagai alat pembayaran tunai di toko atau kasir supermarket. Hindari sering menyimpan uang di saku celana atau daerah sempit lain yang dapat menyebabkan uang kamu rusak.
Selain itu, uang receh berpotensi mudah tercecer dan hilang. Kalau setiap hari kamu kehilangan Rp 500, maka dalam sebulan kamu akan kehilangan Rp 15 ribu atau Rp 180 ribu dalam setahun. Lumayan kan?
Baca Juga: 3 Cara Mudah Mengatasi Ketakutan Berutang!
4. Ceroboh saat membayar
Bagi kamu penggemar uang ‘bagus’, hati-hati karena uang bagus umumnya mudah melekat satu sama lain saat ditaruh di dompet. Kalau kamu ceroboh, bisa-bisa kamu malah memberikan uang kebanyakan saat membayar suatu transaksi.
Masih untung kalau kasir sadar dan menyerahkan kelebihannya. Kalau tidak, maka siap-siap uang kamu melayang banyak. Pastikan uang tidak melekat saat membayar ya.
Baca juga: 5 Pelajaran Keuangan untuk Anak Yang Penting untuk Diajarkan Sejak Dini!
Advertisement
Risiko dengan uang palsu
5. Risiko dengan uang palsu
Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia sempat marak peredaran uang palsu alias upal. Memang ada cara umum untuk mengecek keaslian uang tunai dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang), tapi tentunya akan merepotkan donk kalau harus melakukannya untuk setiap uang kertas yang kamu bawa. Kalau jumlahnya banyak, kamu akan memboroskan waktu saja.
Jika kebetulan kamu tertangkap membayar dengan uang palsu yang tidak kamu sadari, maka kamu juga yang akan terkena masalah meski kamu tidak bermaksud menggunakannya. Sekalipun dibebaskan, nilai uang yang kamu miliki jadi berkurang sejumlah uang tunai palsu di dompetmu. Sayang kan?
Jadi, sudah mengerti kan kalau uang tunaipun sebenarnya bisa menumbuhkan sifat boros? Uang tunai, kartu debit, maupun kartu kredit sebenarnya tidak selalupasti akan membuat kamu hemat ataupun boros. Yang terpenting adalah komitmen dari kamu untuk berbuat hemat.
Jika kamu sedang mencari kartu kredit yang tepat untuk kebutuhan kamu berhemat, gunakan situs perbandingan produk keuangan populer seperti HaloMoney.co.id. (Ndw/Ahm)