Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan hampir seluruh negara di dunia kini mencetak inflasi yang rendah. Faktornya karena terjadi over suplai komoditas sehingga berdampak pada anjloknya harga jual komoditas tersebut.
Ia menambahkan, krisis ekonomi global di periode 2008-2009 mengakibatkan permintaan komoditas di negara maju turun. Imbasnya, produksi tidak terserap sementara harga terus melemah. Â
"Makanya kalau dikatakan inflasi rendah pada hari ini, bukan merupakan prestasi karena hampir semua negara yang biasanya inflasi tinggi, kini rendah," kata Sri Mulyani di Jakarta, seperti ditulis Jumat (24/8/2016).
Kondisi tersebut, sambungnya, tidak berlaku di Zimbabwe. Negara ini selalu mempunyai inflasi tinggi karena mereka mencetak uang setiap hari. Termasuk Venezuela yang hubungan antara bank sentral dan pemerintahnya belum relatif prudent.
Baca Juga
"Bahkan Zimbabwe mau melakukan dolarisasi, mencetak uang lagi sehingga menciptakan ketakutan," ujar dia.
Di sisi lain, kata Sri Mulyani, Jepang masih bermasalah dengan pencapaian deflasi di perekonomiannya. Deflasi, dinilainya sebagai sebuah masalah pelik, karena penanganan dari sisi kebijakan ekonominya sama sulit dengan mengendalikan laju inflasi.
"Suatu negara diharapkan tumbuh dengan inflasi rendah, jangan deflasi karena akan mematikan sektor produksi. Produsen tidak mau produksi barang yang harganya makin turun karena berarti dia makin rugi," paparnya.
Sementara bagi Indonesia yang kerap mencetak inflasi tinggi, Ia menuturkan lalu bisa mencapai inflasi tahun lalu 3,35 persen dan target 4 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) merupakan kabar gembira.
"Inflasi sekarang tentu baik dan ini harus dijaga pada level rendah. Makanya kebijakan di sektor perdagangan dan industri penting menjaga inflasi pada kisaran rendah," pungkas Sri Mulyani. (Fik/Ahm)
Advertisement