Sri Mulyani Akui Berat Capai Target Ekonomi 5,2 Persen

Pemerintah harus mendorong realisasi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen, bahkan mendekati 5,4 persen di semester II-2016.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 30 Agu 2016, 18:29 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2016, 18:29 WIB
Menkeu Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani bersalaman dengan anggota Banggar DPR usai menggelar rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen di tahun ini sangat berat. Hal ini salah satunya terpengaruh dari pemotongan anggaran sebesar Rp 137 triliun di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.

Ia mengatakan ekonomi Indonesia mampu bertumbuh 5,18 persen di kuartal II-2016. Dengan demikian, total di semester I, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,04 persen, sementara target di APBN-P 2016 dipatok 5,2 persen.

"Outlook pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,2 persen, saya akui cukup berat," ucap Sri Mulyani dalam Rapat Kerja RAPBN 2017 dengan Banggar DPR, di gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/8/2016).

Menurut dia, pemerintah harus mendorong realisasi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen, bahkan mendekati 5,4 persen di semester II-2016 untuk mencapai target APBN-P sebesar 5,2 persen.

Hanya saja, kata Sri Mulyani, ini merupakan tantangan berat bagi pemerintah karena ada faktor-faktor agregat yang akan mengancam daya dorong ekonomi di 2016 meskipun penyerapan belanja pemerintah akan meningkat di semester II tahun ini.

"Tapi di Kemenkeu, kita menggiatkan penarikan pajak yang tentunya sifatnya kontraktif. Ada penundaan atau pemotongan belanja, sehingga mengurangi daya dorong sumber pertumbuhan dari pemerintah," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Pemerintah, ucapnya, tetap berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sumber lainnya. Salah satunya konsumsi dan investasi di saat pertumbuhan ekspor dan impor masih terkontraksi.

Menurut Sri Mulyani, konsumsi dapat tumbuh tinggi apabila inflasi rendah, sementara investasi akan meningkat jika Indonesia bisa menciptakan iklim investasi yang baik.

"Kita jaga terus keduanya walaupun harus ada penyesuaian anggaran yang menyakitkan. Makanya pemotongan anggaran harus dilakukan selektif sehingga tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," jelas Sri Mulyani. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya