Kadin: Investasi di Layanan Fintech Tembus US$ 8 Miliar pada 2018

Kadin menilai peranan fintech cukup signifikan pada industri keuangan global terutama ciptakan momentum pertumbuhan inklusi keuangan.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Agu 2016, 20:18 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2016, 20:18 WIB
20160223-Kadin Bersama MAVCAP Bahas Buidling The Digital ASEAN
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri, Rosan P. Roeslani saat berpidato pada pertemuan dengan MAVCAP (Malaysia Venture Capital Management Berhad) di Jakarta, Selasa (23/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani optimistis, investasi layanan jasa keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) akan menembus US$ 8 miliar pada 2018.

Rosan  mengatakan, pertumbuhan layanan keuangan berbasis teknologi digital telah menghadirkan alternatif dalam memberi akses keuangan bagi masyarakat  yang bermukim  di wilayah terpencil dan belum terjangkau jasa layanan perbankan.

"Pada  2008 investasi di Fintech masih sekitar US$ 900 juta. Pada  2013 jumlahnya  meningkat menjadi US$ 3 miliar, dan pada 2018 mendatang akan mencapai  US$ 8 miliar," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (30/8/2016).‎

Rosan mengungkapkan, peranan Fintech cukup signifikan pada industri keuangan global, terutama dalam menciptakan momentum pertumbuhan inklusi keuangan. Namun, diperlukan sebuah ekosistem yang benar, mulai dari regulasi, masyarakat, pendanaan, kultur, hingga lingkungan agar industri ini dapat berkembang sesuai yang diharapkan.

"Jadi, itu menjadi sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lainnya. Dengan adanya sebuah kesatuan,  saya yakin  semuanya bisa bertumbuh, berkembang secara sehat. Memang, di Indonesia Fintech masih berada pada tahap awal, jadi kalau penyesuaian dari sisi regulasi adalah sesuatu yang normal," kata dia.

Sebelumnya, saat membuka Indonesia Fintech Festival & Conference di ICE, BSD City, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti pentingnya akses teknologi bagi industri keuangan di Indonesia.

‎Dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk meningkatkan akses teknologi baik di perkotaan hingga di daerah terpencil.

"Indonesia ini terdiri dari 17 ribu pulau. Kalau pergi ke pulau terpencil atau ke daerah perbatasan banyak yang belum terjangkau layanan perbankan, kita baru merasa negara ini besar sekali. Dengan teknologi, kita bisa satukan semuanya," kata Jokowi.

Golongan masyarakat yang belum melek teknologi di beberapa wilayah terpencil di Indonesia menjadikan mereka tidak bisa meningkatkan kemampuan ekonominya. Dengan meningkatnya literasi keuangan, maka bisa memperbanyak individu menjadi bankable.

Pada kesempatan yang sama, Jokowi mengapresiasi salah satu perbankan BUMN yang menciptakan layanan keuangan terapung yang wilayah operasinya di pulau-pulau terluar di Indonesia. "Pada kementerian terkait saya sudah perintahkan untuk lakukan percepatan," tegas Jokowi.

Bermodalkan para generasi muda yang kreatif, bahkan Jokowi bermimpi menjadikan Indonesia sebagai pusat‎ ekonomi digital di kawasan ASEAN dalam beberapa tahun mendatang. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya