Harga Emas Merosot Tersengat Data Tenaga Kerja AS

Harga emas dipengaruhi kenaikan dolar Amerika Serikat imbas rencana bank sentral AS menaikkan suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Sep 2016, 06:40 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 06:40 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas merosot ke level terendah dalam dua bulan ini usai data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mendorong spekulasi kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga.

Sentimen tersebut juga mendorong indeks dolar AS ke level tertinggi dalam tiga minggu. Data tenaga kerja menunjukkan sektor swasta menambahkan 177 ribu pekerja pada Agustus. Angka itu di atas harapan, dan mendukung harapan kalau data tenaga kerja AS yang diumumkan menjelang akhir pekan ini akan bagus.

Data tenaga kerja AS yang bagus membuat pandangan kalau bank sentral AS akan segera menaikkan suku bunga. Apalagi komentar pejabat the Fed juga menunjukkan potensi kenaikan suku bunga.

Harga emas di pasar spot pun turun menjadi US$ 1.304 per ounce, dan level terendah sejak 24 Juni. Harga emas berjangka melemah 0,4 persen menjadi US$ 1.311,40. Sepanjang Agustus, harga emas merosot 3,2 persen. Selain itu, harga perak naik 0,4 persen menjadi US$ 18.65 per ounce.

"Bila melihat dalam tiga hingga empat hari ini ada harapan kenaikan suku bunga bank senral AS. Diperkirakan Desember, dan pelaku pasar bersiap hadapinya," ujar Rob Haworth, Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/9/2016).

Ada pun harga emas begitu sensitif untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS. Pimpinan bank sentral AS Janet Yellen menuturkan kalau rencana kenaikan suku bunga AS semakin. Hal ini juga diikuti pernyataan wakil pimpinan bank sentral AS Stanley Fischer kalau suku bunga AS dapat naik secepat mungkin pada September.

Pada Rabu waktu setempat, pimpinan bank sentral AS Boston Eric Rosengren menyatakan kalau the Fed mempertimbangkan untuk segera menaikkan suku bunga.

"Pasar menjadi gugup jelang pertemuan bank sentral AS pada September. Kenaikan dolar AS dan kenaikan suku bunga memberikan "angin" (untuk emas),"kata Kepala Riset Saxo Bank Ole Hansen. (Ahm/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya