Menperin Ingin Investor Jepang Kembangkan Gasifikasi di Indonesia

Menperin Airlangga Hartarto menuturkan, Indonesia memiliki banyak batu bara kalori rendah yang perlu dikonversi jadi gas sintetis.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Sep 2016, 12:25 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2016, 12:25 WIB
Airlangga Hartarto
Airlangga Hartarto

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong industri asal Negeri Sakura, IHI Corporation Japan untuk terus mengembangkan usahanya pada bidang gasifikasi batu bara di Indonesia. Upaya ini dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri pupuk dan petrokimia.

"Kita punya cukup banyak batu bara yang berkalori rendah dan perlu dikonversi untuk menjadi gas sintetis, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk dan metanol," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (10/9/2016).

Dia menjelaskan, gasifikasi merupakan salah satu energi alternatif yang bisa digunakan untuk industri. Apalagi, kebutuhan gas di industri pupuk cukup besar. "Dalam waktu dekat, saya akan undang juga pelaku industri pupuk untuk membicarakan hal ini," lanjut dia.

Airlangga menyatakan, IHI Corporation Japan telah membuat Protoype Plant Project untuk gasifikasi batu bara di area pabrik Pupuk Kujang, Jawa Barat. Dalam kerja sama tersebut, anak usaha PT Pupuk Indonesia ini menjadi penyedia lahan, sedangkan IHI Corporation menjadi pengembang dan penyedia teknologi.

Pabrik ini sudah dibangun sejak Agustus 2013. Pada Januari 2015, pabrik masuk tahap pengujian dan sukses melakukan gasifikasi batubara pertama. "Makanya, kami akan lihat success project-nya hingga saat ini," kata dia.

Diperkirakan, pabrik beroperasi komersial pada 2017. Dalam masa pengujian, pabrik mengubah 50 ton batu bara menjadi 1.800 million metric british thermal unit (mmbtu) gas per hari. Adapun komposisi gas yang dihasilkan adalah 20 persen gas co, 30 persen gas co2, dan 50 persen gas h2.

Di samping itu, Airlangga mengatakan, IHI Corporation berkomitmen akan melibatkan engineering dalam negeri pada setiap proyeknya. "Mereka juga punya PT Cilegon Fabricators yang akan mengisi proyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt. Mereka juga telah mampu bikin boilers ukuran besar," ungkap dia.

Di Indonesia, sayap bisnis IHI Corporation Japan juga telah melebar melalui anak usahanya, PT Cilegon Fabricators dengan menempati areal seluas 25 hektar di Cilegon yang memproduksi boilers, struktur baja, container cranes, pressure vessels dan peralatan pabrik lainnya. Total investasi IHI Corp di Indonesia lebih dari US$ 10 miliar.

Sedangkan, IHI Corporation Japan memulai usahanya pada 1853 di bidang industri galangan kapal.

Saat ini 30 persen usahanya di bidang industri mesin jet dan komponen pesawat terbang, 30 persen berikutnya di bidang industri peralatan pembangkit listrik termasuk nuklir dan sisanya berupa produk-produk presisi seperti turbo charger untuk otomotif, mesin industri, advanced materials dan jasa engineering.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengharapkan, IHI Corporation Japan dapat menambah investasi di Indonesia pada sektor maintenance, repair and overhaul (MRO).

Hal ini akan turut menggairahkan industri perawatan dalam negeri dan memancing investor lain masuk ke bisnis yang sama atau industri lainnya. Saat ini, IHI telah melakukan perawatan pesawat milik Garuda Indonesia di Jepang.

"Mencermati bidang industri IHI dan upaya kita memacu industri MRO, kami mengundang mereka untuk menambah investasi serta melakukan investasi industri MRO di Indonesia khususnya di Pulau Bintan, di mana sedang dibangun kawasan industri khusus untuk MRO," ujar Putu.

Kemenperin mencatat, realisasi investasi Jepang di Indonesia pada 2015 meningkat 6 persen dibanding 2014. Tercatat pada 2015 sebesar US$ 2,87 miliar dan menyerap 115.400 tenaga kerja. Utamanya investasi didominasi sektor manufaktur khususnya otomotif, elektronika, kimia dan farmasi. (Dny/Ahm)





POPULER

Berita Terkini Selengkapnya