Harga Minyak Turun 4 Persen ke US$ 44,48 per Barel

Harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman November turun US$ 1,84 atau 4 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Sep 2016, 05:30 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2016, 05:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun tajam pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Penurunan pada perdagangan hari ini merupakan penurunan terbesar dalam dua bulan terakhir.

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (24/9/2016), harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman November turun US$ 1,84 atau 4 persen ke level US$ 44,48 per barel di New York Mercantile Exchange. Itu kerugian harian terbesar sejak 13 Juli dan menghapus sebagian besar keuntungan sebelumnya.

Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent yang merupakan patokan global, turun US$ 1,76 atau 3,7 persen ke level US$ 45,89 per barel.

Pendorong penurunan harga minyak adalah sikap skeptis dari para pelaku pasar terhadap rencana mengendalikan produksi dari negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) dengan negara-negara yang tidak tergabung dalam OPEC.

Harga minyak mentah turun pada tengah sesi perdagangan setelah Bloomberg News melaporkan bahwa Arab Saudi berharap tidak ada kesepakatan apa-apa dalam pertemuan OPEC di Aljazair.

Padahal sebelumnya, banyak pihak berharap adanya kesepakatan untuk mengendalikan produksi sehingga mampu mendorong harga minyak.

Senior Wakil Presiden Herbert J. Sims Co Donald Morton mengatakan bahwa para pedagang sangat kecewa dengan pernyataan dari Arab Saudi tersebut.

Dalam pertemuan di Aljazair tersebut, para pejabat dari Arab Saudi dan Irak tidak menyepakati batas produksi untuk pengendalian. Ada beberapa ukuran-ukuran yang tidak sama antara Arab Saudi dan Irak.

Arab dan Irak memang sejak lama memilik persaingan politik sehingga membuat kesepakatan pengendalian harga minyak terus menerus tak berhasil dalam beberapa periode terakhir.

"Kesempatan untuk mengendalikan harga tidak digunakan dengan baik, padahal produksi saat ini cukup tinggi," jelas analis PVM Oil Associates, Tamas Varga.

Hal tersebut tentu saja akan semakin mendorong harga minyak terus jatuh. Seharusnya, pasokan yang ada saat ini dikendalikan sehingga secara bertahap harga minyak akan kembali merangkak naik. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya