Geliat Pariwisata di Tangan Pemerintahan Jokowi-JK

Pemerintah Indonesia membenahi sektor pariwisata mulai dari pembebasan visa hingga bangun kawasan ekonomi khusus.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Okt 2016, 19:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 19:00 WIB
Pemerintah Indonesia membenahi sektor pariwisata mulai dari pembebasan visa hingga bangun kawasan ekonomi khusus.
Pemerintah Indonesia membenahi sektor pariwisata mulai dari pembebasan visa hingga bangun kawasan ekonomi khusus.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata kini mulai menjadi nadi perekonomian Indonesia. Pemerintah menargetkan sektor pariwisata sebagai sumber penghasil devisa terbesar pada 2019. Karena itu sejak Kabinet Kerja terbentuk, pembenahan mulai dilakukan mulai dari pembebasan visa sampai membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pemerintah pertama kali membuat kebijakan pembebasan visa bagi turis yang ingin melancong ke Indonesia. Saat ini tercatat 174 negara yang diberikan Bebas Visa Kunjungan (BVK) ke Indonesia.

"Kita tidak mau pemberlakuan visa menghalangi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, karena sektor pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar di 2019," kata Arief di Kantor Kepala Staf Presiden, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Hasilnya, Arief menuturkan, jumlah kedatangan wisman ke Indonesia tumbuh 18,61 persen sebanyak 4,87 juta turis sejak Oktober 2015 sampai Agustus 2016. Sebelumnya, ada 4,11 juta turis di periode Oktober 2014 sampai Agustus 2015.

"Pemasaran pariwisata sudah berhasil menyedot 7,3 juta wisman hingga saat ini. Targetnya, 12 juta kunjungan turis di akhir 2016 atau tumbuh 15 persen, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional," kata dia.

Arief mengakui pundi-pundi devisa yang berhasil terkumpul sebesar US$ 12,6 miliar pada 2015. Mantan Direktur Utama PT Telkom Tbk itu memasang target penghasilan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$ 13 miliar hingga akhir 2016.

"Itu dengan perkiraan pengeluaran turis US$ 1.100 per kunjungan, tapi sekarang sudah naik jadi US$ 1.200, sehingga devisa bisa naik jadi US$ 14 miliar di akhir tahun ini," ujar Arief.

Ia menyebut paling banyak kunjungan turis berasal dari Tiongkok yang berada di urutan pertama. Posisi ini naik dari sebelumnya diperingkat ke-4. Setelah itu disusul turis dari Singapura, Malaysia, Australia, dan Jepang.

"Dari total target 12 juta kunjungan wisman di 2016, mungkin turis China bisa 15 persennya. Minimal lebih dari 10 persen atau 1,2 juta. Tapi jumlah ini masih kurang, karena harapan saya bisa 2 juta turis asal China ke Indonesia, tapi maksimal paling 1,8 juta," Arief mengatakan.

Pencapaian lainnya, tutur Arief, pemerintah telah menetapkan empat KEK pariwisata, yakni di Tanjung Lesung, Morotai, Mandalika, dan Tanjung Kelayang.

"Track kita membangun 10 Bali baru sudah sangat bagus, pembangunan jalan tol Danau Toba sudah 83 persen pembebasan lahannya, Bandara Silangit sudah 15 ribu penumpang setiap bulan, dan target sertifikasi sumber daya manusia sebanyak 150 ribu orang di akhir tahun," papar dia.

Saat ini, dia bilang, program sertifikasi sumber daya manusia baru merambah 35 ribu orang. Dengan target 150 ribu orang, Indonesia masih berada di urutan nomor lima setelah Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina.

"Tapi untuk 2019, target kita dari jumlah sertifikasi sumber daya manusia di sektor pariwisata akan berada di urutan nomor dua," Arief menerangkan.

Menarik lainnya, Arief memastikan Kementerian Pariwisata bebas dari praktik pungutan liar (pungli). "Pungli di Kemenpar hampir tidak ada, karena sudah didelegasikan ke pemerintah daerah Tingkat I dan II," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya