Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengungkapkan penyebab pengembang listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) asal China lebih cepat menggarap pembangkit listrik yang masuk dalam program 35 ribu Mega Watt (MW) ketimbang Jepang.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, kecepatan China dalam menggarap pembangkit listrik karena memiliki keunggulan pada proses penyelesaian pendanaan (Financial Close). Penyedia jasa keuangan asal negeri tirai bambu tersebut tidak memerlukan jaminan dari Pemerintah Indonesia.
Sehingga setelah perjanjian jual beli listrik atau Power Purchase Agreement‎ (PPA) antara PLN dan pengembang ditandatangani, maka proses berikutnya financial close dilakukan kemudian dilanjutkan dengan proses pembangunan fisik.
Advertisement
Baca Juga
"China tidak perlu jaminan pemerintah, yang IPC juga tidak perlu jaminan pemerintah itu jalan bisa semua," kata Sofyan, di Kantor Pusat PLN Jakarta, Senin (31/10/2016).
Sofyan melanjutkan, sedangkan untuk IPP Jepang, setiap sumber pendanaan dari penyedia jasa keuangan membutuhkan Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU). jadi dana tidak akan mengucur jika pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan tidak memberikan jaminan dengan menerbitkan SJKU.
"Yang Jepang baru-baru ini perlu jaminan pemerintah surat jaminan kegiatan usaha. Itu dulu baru masuk bank di Jepang dan kemudian financial close selesai," terang Sofyan.
Atas kondisi tersebut, berdasarkan catatan PLN sebanyak 6‎300 MW pembangkit yang dikerjakan IPP Jepang, belum bisa melakukan‎ financial close.
‎Saat ini PLN sedang berkomunikasi dengan Pemerintah agar SKJ‎U diterbitkan dan pembangkit tersebut bisa financial close pada akhir 2016.
"Saya sedng komunikasi dengan Pemerintah, karena sebenarnya gini yang tidak memerlukan itu sudah financial close, yang Jepang belum‎," tutup Sofyan. (Pew/Gdn)
Â