Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI di angka 5,02 persen pada kuartal IIIÂ 2016. Realisasi ini lebih rendah dibanding pencapaian kuartal II yang sebesar 5,18 persen karena beberapa faktor, salah satunya pelemahan konsumsi pemerintah akibat pemotongan anggaran.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, konsumsi pemerintah di kuartal III terkontraksi dengan pertumbuhan negatif 2,97 persen secara year on year (Yoy) dan minus 0,20 secara kuartalan. Sementara kontribusinya ke pertumbuhan ekonomi sebesar 8,97 persen (Yoy).
"Terkontraksi terjadi karena beberapa hal, pertama realisasi belanja pegawai turun tipis akibat distribusi antar kuartal. Pada 2015 lalu, gaji ke-13 jatuh pada kuartal III, sekarang di kuartal II," jelasnya di kantor BPS, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Advertisement
Baca Juga
Faktor lainnya, sambung Suhariyanto, terjadi penurunan karena realisasi belanja barang akibat pemotongan belanja pemerintah pusat atau Kementerian/Lembaga. Dengan kombinasi tersebut, konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan negatif. "Ditambah kontraksi belanja bantuan sosial," ujarnya.
Di samping itu, Suhariyanto menjelaskan, hasil dari program pengampunan pajak (tax amnesty) belum berdampak atau berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal IIIÂ 2016.
"Itu kan baru uangnya, dan belum diinvestasikan. Jadi belum berdampak ke pertumbuhan ekonomi kuartal III. Harusnya sih bisa positif, tapi tergantung diinvestasikan kemana," terangnya.
Hal yang sama juga terjadi pada kebijakan penurunan 7 Days Repo Rate (7DRR) menjadi 4,75 persen yang belum berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi kuartal III. "Penurunan suku bunga acuan tidak memberikan efek seketika. Ada jeda ke setiap sektor berbeda-beda, tapi tentunya kebijakan menurunkan suku bunga akan positif ke depannya," paparnya.
Kecuk berharap, pengeluaran pemerintah di kuartal IV-2016 lebih tinggi sehingga dapat memberikan dorongan bagi perekonomian nasional. Pasalnya, kinerja ekspor dan impor nasional belum dapat diandalkan karena kondisi ekonomi global belum stabil.
"Biasanya pencairan anggaran pemerintah akan tinggi sekali di kuartal IV. Kita harapkan semua komponen bergerak, apalagi ada Natal dan Tahun Baru. Belanja modal yang naik penyerapannya akan berpengaruh ke Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)," kata Kecuk. (Fik/Gdn)