Wapres: Dulu Ada Jalan Batu Sudah Bahagia, Sekarang Maunya Tol

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keharusan yang berlangsung terus menerus.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Nov 2016, 12:03 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 12:03 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keharusan yang berlangsung terus menerus.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keharusan yang berlangsung terus menerus.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan, pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keharusan yang berlangsung terus menerus, bukan saja di Indonesia tapi juga seluruh negara, termasuk membangun konektivitas ASEAN. Infrastruktur berjalan sangat dinamis seiring tuntutan zaman.

"Seiring perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, infrastruktur berjalan terus di negara manapun. Negara yang baru maju, maju, setengah maju, infrastruktur adalah sesuatu yang terus menerus," ujar JK saat menghadiri ASEAN G2B Infrastructure Investment Forum di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (8/11/2016).

JK menceritakan kondisi di era 1950-an, di mana warga Indonesia sudah sangat bahagia merasakan infrastruktur yang ada, seperti jalan, jalur kereta api, bandara, pelabuhan, dan lainnya. Akan tetapi kondisi saat ini berubah karena membutuhkan pembenahan.

"Tahun 1950-an, jalan batu saja kita sudah cukup bahagia, tapi beberapa puluh tahun kemudian tidak puas kalau bukan jalan tol atau highway 6 lajur. Dulu kereta api 100 Km per jam, sekarang maunya 300 Km per jam, serta bandara tadinya cuma disinggahi pesawat kecil, sekarang ingin wide body," jelasnya.

Karena terus menerus, diakui JK, proyek infrastruktur saat ini menjadi bisnis menarik bagi siapapun, baik investor dalam maupun luar negeri. Terlebih lagi dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur di ASEAN.

"Dengan penduduk ratusan juta orang, dan memiliki dua ciri yakni terdiri dari negara kepulauan (Indonesia dan Filipina), serta lainnya negara daratan, ASEAN butuh konektivitas berbagai moda yang menghubungkan satu dan lain," terang JK.

Dengan konektivitas tersebut, sambungnya, negara-negara ASEAN dapat meningkatkan daya saing produk maupun bisnis, termasuk membangun ekonomi yang lebih efisien.

"10 negara di ASEAN butuh sistem logistik yang baik yang bisa menjalankan usaha secara bersama. Kalau satu negara punya pelabuhan, tapi yang lain tidak, maka akan sulit berbagi," kata JK. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya