Orang Kaya Tak Bisa Nikmati Elpiji Bersubsidi Mulai Maret 2017

Pemerintah sedang verifikasi data masyarakat yang berhak menerima subsidi dengan gandeng BPS dan TNP2K.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Nov 2016, 16:50 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2016, 16:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan menerapkan penyaluran subsidi langsung elpiji 3 Kilogram (Kg) ‎pada Maret 2017. Dengan begitu masyarakat miskin dan rentan miskin saja yang akan menikmati elpiji dengan harga murah.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan, ‎saat ini Pemerintah melakukan verifikasi data masyarakat yang berhak menerima subsidi dengan menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

‎"Data mengacu data BPS dan TNP2K, baru melakukan subsidi langsung,‎" kata Wiratmaja, dalam diskusi energi kita, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).

Wiratmaja menuturkan, setelah pendataan rampung kemudian Pemerintah akan melakukan sosialisasi penerapan subsidi langsung mulai Januari-Februari 2017. Kemudian penyaluran subsidi langsung tersebut bisa diterapkan pada Maret.

"Elpiji subsidi tepat sasaran dilakukan 2017. Januari, Februari kita sosialisasi. Maret kita lakukan," tutur Wiratmaja.

Wiratmaja mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan kartu yang akan diisi uang elektronik sebagai subsidi elpiji untuk menyalurkan subsidi langsung. Kartu tersebut ditunjukkan saat melakukan pembelian elpiji 3 Kg.

Dengan begitu masyarakat miskin dan rentan miskin masih bisa menikmati elpiji dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah yaitu berkisar Rp 16 ribu-Rp 18 ribu per tabung.

Sedangkan masyarakat mampu yang tidak memiliki kartu membeli elpiji 3 Kg dengan harga yang sesuai dengan keekonomian tidak diberikan ke produk elpiji lagi, tetapi langsung ke masyarakatnya.

"Subsidi langsung kartu diisi tiap bulan, sehingga nanti membeli dengan harga eceran tertinggi. Rp 16- Rp 18 ribu per tabung," tutur Wiratmaja.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya