Liputan6.com,Vienna - Hasil pertemuan negara produsen utama minyak yang tergabung dalam OPEC sepakat memangkas produksi minyak untuk pertama kali dalam delapan tahun.
Keputusan memangkas produksi minyak dalam pertemuan OPEC itu menunjukkan perbedaan pendapat yang dapat diatasi antara tiga negara produsen utama minyak yaitu Arab Saudi, Iran dan Irak. Hal ini bahkan di luar dugaan. Bahkan paling menonjol, Rusia juga setuju memangkas produksi.
Hasil pertemuan tersebut pun mendorong harga minyak melonjak. Harga minyak Brent naik lebih dari sembilan persen menjadi lebih dari US$ 50 per barel. Sektor saham minyak global pun melonjak.
Namun,apakah keputusan tersebut berkelanjutan tergantung anggota OPEC mematuhi perjanjian tersebut. "Ini menjadi alarm bagi siapa yang skepktis terhadap OPEC. Grup (OPEC) ingin menurunkan pasokan," ujar Amrita Sen,Analis Energy Aspects Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg,Kamis (1/12/2016).
Baca Juga
OPEC akan memangkas produksi minyak sekitar 1,2 juta barel per hari mulai Januari 2017. Ini untuk memenuhi rencana pemangkasan dalam pertemuan OPEC pada September. Sebelumnya dalam pertemuan di Algiers pada September 2016, produksi minyak akan turun menjadi 32,5 juta barel. Meski demikian, perjanjian itu mengecualikan Nigeria dan Libya. Namun, Irak diberikan kuota untuk pertama kali sejak 1990.
Keputusan tersebut setelah melewati masa-masa negosiasi yang penuh ketegangan. Akhirnya Iran juga menunjukkan dominasinya sebagai produsen minyak terbesar di OPEC. Ada kemungkinan kenaikan produksi dari negara tersebut mencapai 3,8 juta barel per hari usai lepas dari sanksi. Sebelumnya Arab Saudi usulkan 3,7 juta barel per hari.
"Kesepakatan ini "sangat menarik". Tujuan utama adalah normalisasi persediaan," ujar Jeff Curie, Global Head of Commodities Research Goldman Sachs Group Inc.
Dalam keputusan itu menunjukkan,Arab Saudi yang produksi minyaknya mencapai rekor pada tahun ini akan kurangi produksi 486 ribu barel per hari. Iran,produsen minyak terbesar kedua di OPEC setuju pangkas produksi minyak 210 ribu barel per hari.
Kemudian Uni Emirat Arab dan Kuwait masing-masing akan mengurangi produksi minyak 139 ribu barel per hari dan 131 ribu barel per hari. Sedangkan Rusia akan mengurang produksi minyak 300 ribu barel per hari. "Tergantung kemampuan teknis," ujar Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
"Apa yang diumumkan sejauh ini positif, tapi Januari masih jauh. Masih akan melihat rekor produksi pada Desember. Namun pelaku pasar mungkin mengabaikannya. Ini juga memperhitungkan Rusia juga pangkas produksi, dan bila diterapkan juga positif," tutur analis UBS Group AG,Giovanni Staunovo.
OPEC berencana melakukan pertemuan dengan produsen minyak non OPEC di Doha pada pekan depan. Sebelumnya Rusia menolak untuk memangkas produksinya tapi hanya akan pertimbangkan pembekuan.
OPEC akan kembali gelar pertemuan pada 25 Mei 2017. Menteri Energi Qatar Mohammed Al Sada menuturkan, pertemuan itu juga akan bahas soal perpanjangan pemangkasan produksi dalam enam bulan ke depan.
Indonesia pun meminta suspensi (pembekuan sementara) keanggotaan OPEC. Salah satu delegasi menuturkan, suspensi itu tidak akan pengaruhi ukuran penurunan produksi.
Berdasarkan data US Energy Information Administration menyebutkan kalau dalam dua tahun ini sangat menyakitkan bagi OPEC dari ekspor minyak. Grup tersebut akan mendapatkan penghasilan US$ 341 miliar dari ekspor minyak tahun ini. Angka itu turun dari US$ 753 miliar pada 2014 sebelum harga minyak jatuh. Bahkan pernah rekor penghasilan ekspor mencapai US$ 920 miliar pada 2012.
Advertisement