Liputan6.com, Jakarta Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) akhirnya memiliki pemimpin baru. Melalui perhitungan suara yang cukup ketat dan sengit, Soelaeman Soemawinata terpilih sebagai Ketua Umum REI periode 2016-2019 pada Musyawarah Nasional (Munas) REI ke-15 di Hotel Fairmont Senayan, Rabu (30/11/2016) malam. Dia mengantikan Eddy Hussy yang sudah habis masa baktinya.
Pemilihan yang dihadiri ribuan anggota REI dari seluruh Indonesia itu berlangsung demokratis. Akhir perhelatan akbar tiga tahunan di organisasi tersebut sekaligus menunjukkan kematangan tradisi berorganisasi di tubuh REI.
Soelaeman yang akrab dipanggil Eman berhasil mengungguli calon lainnya yakni Hari Raharta dengan selisih 7 suara. Dari total 189 suara daerah yang diperebutkan, Eman meraih 98 suara, sedangkan Hari Raharta hanya 91 suara. Eman saat ini masih menjabat Ketua DPD REI Banten, sementara Hari Raharta adalah Sekretaris Jenderal DPP REI periode 2013-2016.
Advertisement
“Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh anggota REI di seluruh Indonesia yang menginginkan adanya perubahan menuju REI ke depan yang lebih berwibawa, lebih maju dan tentunya bermanfaat bagi anggota,” ungkap Eman yang ditulis Liputan6.com, Kamis (1/12/2016)
Sesuai dengan misi utamanya untuk tetap menjaga keutuhan, silaturahmi dan persaudaraan di REI, Eman menyatakan secepat mungkin akan menata kembali harmonisasi di internal REI pasca pemilihan. Konsolidasi organisasi itu akan dilakukan dengan memaksimalkan seluruh potensi di REI, baik yang mendukung dirinya maupun tidak.
Selain wajah-wajah baru untuk penyegaran, dia memastikan akan memasukkan pula kader-kader terbaik REI di kepengurusan sebelumnya (Eddy Hussy) untuk masuk dalam “kabinet” kerja yang sedang disusun oleh tim formatur. Bahkan Eman mengajak dan menawarkan posisi Wakil Ketua Umum REI periode 2016-2019 kepada Hari Raharta untuk bersama-sama memajukan REI.
“Pak Hari Raharta adalah kader terbaik REI yang cukup lama berkiprah di organisasi ini, dan tentunya berpengalaman. Saya mengajak beliau, berikut pendukungnya untuk merapatkan kembali barisan pasca Munas REI,” ungkap alumni jurusan Teknik Planologi ITB tersebut.
Hal penting lain yang secepatnya akan dilakukan Eman sebagai Ketua Umum REI adalah berkeliling menemui dan meminta masukan dari senior-senior REI. Menurut dia, budaya yang melekat dan dijunjung di REI adalah pentingnya integritas dan rasa hormat kepada senior-senior yang telah lebih dahulu mengharumkan organisasi tersebut.
Eman juga siap untuk bekerjasama dengan seluruh stakeholder properti termasuk terus mendukung Program Sejuta Rumah (PSR) yang sedang digalakkan pemerintah.
Bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) REI periode 2016-2019 Totok Lusida, dirinya secepat mungkin akan melakukan identifikasi keberhasilan dan pencapaian yang sudah dilakukan pendahulunya Eddy Hussy untuk dapat dikawal dan diimplementasikan di daerah misalnya mengenai PPh Final properti 2,5 persen dan penyederhanaan perizinan. Termasuk mengidentifikasi program-program yang diajukan REI tetapi belum selesai seperti aturan mengenai hunian berimbang.
“Yang jelas dalam 10 hari setelah kepengurusan terbentuk saya akan langsung berkoordinasi dengan seluruh DPD REI. Komunikasi intens dengan daerah-daerah cukup penting untuk memastikan kepentingan seluruh pengembang di daerah terlayani dengan optimal,” tegas dia.
Dalam visi-misinya, Eman-Totok menyatakan akan fokus pada 7 pilar prioritas yakni pendidikan dan pelatihan, pembiayaan dan perbankan, pertanahan, perpajakan, infrastruktur, tata ruang serta hukum dan perizinan.
Eman lahir di Bogor, (Jawa Barat) pada 13 Oktober 1962, namun dibesarkan di Sukabumi. Dia bukanlah wajah baru di tubuh REI. Aktif sejak 1998 di Dewan Pengurus Pusat (DPP) REI, penyandang gelar Magister Manajemen (MM) dari Prasetiya Mulya Business School ini sempat menduduki berbagai posisi di organisasi tersebut dari mulai Ketua Kompartemen, hingga dua periode dipercaya sebagai Ketua DPD REI Banten. (*)