Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) ingin solar subsidi dinaikkan pada awal 2017. Hal itu mengingat harga patokan solar sudah terlalu jauh dengan harga solar bersubsidi saat ini yaitu Rp 5.150 per liter. Lalu bagaimana dengan premium?
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, harga Premium saat ini masih sama dengan harga acuannya. Pertamina juga masih mendapat keuntungan dari penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kadar RON 88 tersebut.
"Sama dengan Premium tidak terlalu besar karena sekarang pun sudah untung," kata Bambang, dalam Pertamina Energy Forum 2016, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Selasa (13/12/2016).
Baca Juga
Bambang menuturkan, melihat kondisi tersebut, harga Premium tidak perlu dinaikkan pada periode Januari 2017, meski keuntungan Pertamina dari penjualan Premium terus tergerus. Lantaran harga terus naik di pasar. "Masih untung. Biar pun mulai menipis‎," ujar Bambang.
Namun solar subsidi akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga solar subsidi bisa besar angkanya, yaitu mencapai Rp 500 per liter, karena perubahannya sempat tertunda.
‎"Ada kondisi yang sebelumnya memang sudah rugi. Itu pasti naiknya akan besar. Mungkin sekitar Rp 500," ujar Bambang.
‎Bambang mengungkapkan, seharusnya harga solar subsidi naik sejak Oktober 2016. Namun keputusan tersebut tidak diambil karena masih bisa ditutupi dengan laba penjualan solar ‎dari bulan-bulan sebelumnya.
‎"Solar itu rugi sebenarnya di Oktober tapi kenapa kami tidak mau naikkan karena kami masih punya untung untuk solar," tutur Bambang‎.
Advertisement