Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bervariasi pada perdagangan awal Januari 2017. Mengutip data Bloomberg, Selasa (3/1/2017), nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 13.470 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan dari penutupan akhir pekan lalu di 13.473 per dolar AS.
Pada Selasa siang, rupiah menguat ke 13.464 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 13.452-13.496 per dolar AS.
Sementara itu,kurs referensi jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) melemah 49 poin menjadi 13.485 per dolar AS dari periode 30 Desember 2016 di level 13.436 per dolar AS.
Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC), Eric Sugandi menuturkan, rilis data ekonomi seperti inflasi memberikan sentimen positif untuk rupiah pada awal Januari 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi 2016 mencapai 3,02 persen. Sedangkan inflasi Desember 2016 0,4 persen. Eric menuturkan, rilis inflasi itu sudah diperkirakan pelaku pasar sehingga dampaknya tidak terlalu panjang untuk pergerakan rupiah.
Baca Juga
Ia melihat,permintaan dolar AS oleh korporasi pada awal tahun ini juga meningkat. Ini juga mempengaruhi pergerakan rupiah.
Namun, Eric menilai, pergerakan rupiah akan didominasi dari sentimen eksternal pada 2017. Pertama, pelaku pasar fokus terhadap pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari 2017. Selain itu, pemilihan kabinet presiden Donald Trump juga akan mempengaruhi pergerakan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.
Eric menambahkan, rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve juga menjadi fokus pelaku pasar. Diperkirakan the Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin pada 2017.
"Rupiah akan cenderung fluktuaktif dengan akhir tahun mencapai kisaran 13.300 per dolar AS. The Fed, kebijakan perdagangan Donald Trump, kondisi ekonomi Eropa dan perlambatan ekonomi China masih jadi perhatian pasar," ujar Eric saat dihubungi Liputan6.com, Selasa pekan ini.
Sedangkan dari dalam negeri, Eric menuturkan, rilis data ekonomi Indonesia akan membayangi laju rupiah. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2 persen 2017. Inflasi di kisaran 3,5 persen, dan ini lebih tinggi dari 2016. Meski demikian, Eric menilai hal itu tidak terlalu gerus daya beli masyarakat. Sedangkan defisit anggaran di 2,5 persen.
Hal yang perlu jadi perhatian yaitu stabilitas politik. Diharapkan pemerintah dapat menjaga kestabilan positif. "Bila demo biasa masih terkendali tidak akan terlalu pengaruhi rupiah. Namun bila sudah ada pergantian rezim dan pemerintahan (itu yang pengaruhi)," ujar dia.
Advertisement