The Fed Tegaskan Kenaikan Suku Bunga Bertahap hingga 2019

Bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga secara bertahap melihat pemulihan ekonomi dari data tenaga kerja dan inflasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2017, 04:19 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 04:19 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menegaskan ekonomi AS kuat ditunjukkan dari data tenaga kerja dan inflasi tercapai dua persen maka masuk akal untuk mendukung kenaikan suku bunga secara bertahap.

"Menunggu terlalu lama untuk menaikkan suku bunga dapat menimbulkan risiko, antara lain inflasi tinggi, ketidakstabilan keuangan atau keduanya," ujar pimpinan the Fed Janet Yellen seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (19/1/2017).

"Dalam skenario itu, kami dapat mendorong kenaikan suku bunga secara cepat, yang pada gilirannya bisa mendorong ekonomi ke resesi baru," tambah dia.

The Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kedua kali pada Desember. Kenaikan ini sejak krisis keuangan 2007-2009. Kenaikan suku bunga pada Desember lalu, menurut yellen mencerminkan kepercayaan terhadap pemulihan ekonomi.

Lebih lanjut ia menuturkan, dirinya dan pejabat the Fed akan mengangkat suku bunga beberapa kali dalam satu tahun hingga 2019. Kenaikan suku bunga bertahap hingga menjadi tiga persen. Kenaikan suku bunga itu tergantung bagaimana perkembangan pemulihan ekonomi.

"Ekonomi begitu sangat luas dan kompleks, dan jalurnya dapat mengejutkan," ujar dia.

Ia pun melihat, ekonomi AS "mendekati" target dari data tenaga kerja dan inflasi. "Kami pun tetap memastikan kalau ekonomi cukup kuat untuk menahan kejutan tak terduga, mengingat kita tidak memiliki banyak ruang untuk menurunkan suku bunga," ujar dia.

Yellen menuturkan, kenaikan suku bunga secara dramatis tidak akan diperlukan lantaran pertumbuhan produktivitias AS lambat sehingga menahan pertumbuhan ekonomi. "Namun demikian, ekonomi mendekati tujuan kami masuk akan untuk mengurangi tingkat dukungan kebijakan moneter secara bertahap," kata dia.

Yellen pun tidak berkomentar mengenai pemerintahan Donald Trump yang akan berjalan. Presiden terpilih AS dari partai Republik akan dilantik pada Jumat pekan ini. Sebelumnya Donald Trump menyatakan kalau pihaknya akan memangkas pajak dan peraturan. Selain itu juga meningkatkan belanja infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya