IMF Prediksi 2 Faktor Ini Dongkrak Inflasi Indonesia pada 2017

IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,1 persen pada 2017.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Feb 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2017, 08:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi terjadi kenaikan inflasi hingga 4,5 persen di Indonesia pada 2017. Itu karena penurunan alokasi subsidi listrik dan imbas dari mulai pulihnya harga komoditas.

Dalam pernyataan konsultasi artikel IV IMF untuk Indonesia, IMF menyimpulkan meskipun ada kenaikan inflasi, indikator ekonomi Indonesia lainnya menunjukkan perbaikan, yang ditopang bauran kebijakan hati-hati untuk makro ekonomi dan keberlanjutan reformasi struktural.

"Prospek untuk jangka pendek (near-term outlook) masih baik. Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan tumbuh moderat di 5,1 persen. Inflasi diperkirakan naik ke kisaran 4,5 persen di akhir 2017," tulis IMF dalam pernyatannya, seperti dilansir Antara, Minggu (5/2/2017).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 5,1 persen pada 2017. Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi ditopang kenaikan bertahap investasi swasta menyusul membaiknya komoditas, kemudian juga karena suku bunga rendah, dan pulihnya permintaan barang dari luar negeri yang disokong membaiknya kondisi perdagangan global.

Indikator ekonomi lainnya yang merekam transaksi barang dan jasa antara penduduk Indonesia dan mancanegara, yakni neraca transaksi berjalan,  IMF memprediksi mencatatkan defisit dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau masih di rentang yang ditolerir oleh otoritas di Indonesia.

Dalam pernyataannya, IMF menyimpulkan Indonesia telah mengelola stabilitas makro ekonomi, dan mampu menyesuaikan kondisi dengan dinamika terbaru ekonomi global.

"Kebijakan pruden dan reformasi struktural telah berkontribusi di tengah kondisi lambat pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat, namun tetap kuat," tulis IMF.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, tekanan inflasi tahun ini sangat bersumber dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices).

Bhima juga mengingatkan tekanan inflasi lebih besar mungkin bisa datang dalam waktu dekat, dengan terus menanjaknya harga minyak mentah dunia, yang bisa memicu kenaikan harga bahan bakar minyak di dalam negeri.

"Kenaikan harga BBM bisa sangat sensitif sekali terhadap inflasi. Di semester I 2017, tekanan untuk menaikkan harga BBM cukup tinggi," ujar dia.

INDEF memperkirakan inflasi 2017 akan berada di 4-4,25 persen. "Perkiraan kita belum seekstrem IMF yang hingga 4,5 persen," ujar Bhima.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya