Harga Minyak Turun karena Penguatan Dolar AS dan Kenaikan Pasokan

Harga minyak mentah berjangka AS jatuh 84 sen atau 1,58 persen ke level US$ 52,17 per barel di New York Mercantile Exchange.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Feb 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2017, 06:00 WIB
Harga minyak
Harga minyak mentah berjangka AS jatuh 84 sen atau 1,58 persen ke level US$ 52,17 per barel di New York Mercantile Exchange.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen yang membebani harga minyak adalah penguatan dolar AS dan juga kenaikan jumlah pasokan.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (8/2/2017), harga minyak mentah berjangka AS jatuh 84 sen atau 1,58 persen ke level US$ 52,17 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, turun 67 sen atau 1,2 persen di di ICE Futures Europe.

The Wall Street Journal Indeks Dollar, merupakan indeks yang menghitung nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang lainnya, baru-baru ini naik 0,44 persen. Dengan kenaikan tersebut, minyak yang ditransaksikan menggunakan dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sentimen lain yang membebani harga minyak adalah kenaikan pasokan. Investor terus menimbang realisasi dari hasil kesepakatan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan juga negara non-OPEC untuk mengurangi produksi sejak awal tahun hingga akhir Juni nanti.

Dalam beberapa hitungan lembaga independen dan juga OPEC sendiri, pasokan minyak mentah telah mengalami penurunan. Dengan penurunan pasokan tersebut mendorong kenaikan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir. Namun kenaikan harga minyak tersebut terus tertahan di kisaran US$ 52 per barel hingga US$ 54 per barel. Hal tersebut terjadi karena memang ada beberapa negara yang tidak ikut dalam kesepakatan tetap memproduksi minyak secara besar-besaran.

"Untuk beberapa kasus, harga tersebut sudah merupakan harga yang cukup ideal," jelas Analis Confluence Investment Management, Bill O'Grady.

Dalam perhitungan OPEC di awal kesepakatan, sebenarnya ada tambahan permintaan sehingga membuat jumlah pasokan berkurang lebih besar. Sedangkan realisasi saat ini ternyata jumlah permintaan stagnan sehingga pasokan yang ada yang susut dalam.

Seain itu, para pedagang sendiri sangat terburu-buru menginginkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Beberapa pedagang bertaruh ke harga yang sangat tinggi dalam waktu dekat. Hal tersebut justru membuat harga minyak rentan untuk kembali jatuh.

"Para pedagang banyak yang mendorong kenaikan harga, mereka tidak sabar untuk melakukan transaksi dengan data-data yang ada," kata analis energi dari Energy Aspects, Amrita Sen.

Jika kesepakatan OPEC berjalan dengan lancar akan menurunkan jumlah pasokan minyak mentah kurang lebih 1,8 juta barel per hari. Dengan adanya pengurangan tersebut akan mendorong kekurangan pasokan global pada kuartal III 2017 nanti. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya