Harga Cabai Terus Meroket, Pedagang Pasar Pasrah

Dengan kondisi curah hujan yang tinggi, seharusnya harga cabai rawit hanya di kisaran Rp 90 ribu per kg.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Feb 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2017, 12:30 WIB
Harga cabai
Dengan kondisi curah hujan yang tinggi, seharusnya harga cabai rawit hanya di kisaran Rp 90 ribu per kg.

Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai, khususnya jenis rawit merah, kembali mengalami kenaikan dalam seminggu terakhir. Saat ini harga komoditas sayuran tersebut dibanderol pada kisaran Rp 150 ribu-Rp 160 ribu per kg.

Sarti, salah satu pedagang sayuran di Pasar Buncit, Jakarta Selatan, mengatakan ‎harga cabai rawit merah memang selalu berfluktuasi sejak akhir pekan lalu. Di pasar tersebut, harga cabai ini bahkan pernah mencapai Rp 170 ribu-Rp 180 ribu per kg.

"Sekarang lagi naik, sekitar Rp 150 ribu-Rp 160 ribu. Kalau yang agak bagusan Rp 160 ribu. Dulu malah pernah sampai Rp 180 ribu. Sebelumnya sudah sempat turun jadi Rp 140 ribu-Rp 130 ribu‎," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (10/2/2017).

Sarti mengaku tidak tahu pasti penyebab dari tidak kunjung turunnya harga cabai ini. Namun, menurut dia, intensitas hujan yang ditinggi malah membuat harga cabai semakin bergejolak.

"Cabai kalau hujan terus kan cepat rontok bunganya. Tidak bisa jadi cabai, jadi pasokan Jakarta juga kurang‎. Ini dari sana (Pasar Induk Kramat Jati) sudah tinggi," kata dia.

Tingginya harga cabai, ucap dia, membuat pembeli pun mengurangi pembeliannya. Dia mencontohkan, bisanya pemiliki warung makan membeli cabai minimal 1 kg per hari, kini dikurangi setengah bahkan hingga seperempatnya.

"Kaya yang jualan bakso, mi ayam, atau warung makan biasanya beli 1 kg, sekarang paling cuma setengah kg. Pedagang bakso malah cuma 1/4 kg. Mungkin mereka campur dengan cabai lain, yang penting ada buat sambal," ucap dia.

Sarti mengaku pasrah dengan fluktuasi harga cabai ini. ‎Dia hanya berharap kenaikan harga seperti ini tidak diikuti dengan jenis sayuran lain.

"Ya mau bagaimana lagi, kita jalanin saja. Tapi yang penting juga jangan sampai harganya anjlok. Sekarang kan musim hujan juga masih merata," ucap dia.

Sebelumnya pada 9 Februari 2017, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menduga ada oknum bermain atas tingginya harga cabai. Dia menduga oknum tersebut ialah bandar besar di daerah dan di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.

"Kemungkinan di situ, dugaan kami untuk sementara berdasarkan struktur pasarnya ke mereka itu. Tapi kan perlu kita dibuktikan," kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Dengan kondisi curah hujan yang tinggi memang wajar harga cabai rawit merah naik. Pasalnya, produksi turun 30-50 persen. Tapi, dengan perhitungannya, seharusnya harga cabai rawit di kisaran Rp 90 ribu per kg.

"Maksimum kenaikan harga yang kita hitung sampai Rp 90 ribu kalau ada penurun produksi 30-50 persen. Tapi faktanya di pasar sekarang bisa Rp 160 ribu per kg," jelas dia.

Syarkawi sendiri telah menelusuri rantai distribusi cabai. Dia bilang, rantai pasok cabai secara berurutan yakni petani (produsen di daerah), pengepul, pengepul besar, bandar di daerah, Pasar Induk Kramat Jati, pasar kecil, dan terakhir ke konsumen.

Dengan struktur pasar demikian, Syarkawi menilai tingginya harga cabai di pasar sesuatu yang tidak lazim.

"Sekarang yang bisa mengendalikan ini adalah bandar, kenapa, karena pembeliannya besar. Tapi jumlah bandarnya sedikit. Mereka gampang membuat kesepakatan harga. Atau kesepakatan untuk membatasi produksi atau mengatur produksi ke pasar," jelas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya