Harga Emas Tertekan Kenaikan Bursa Saham

Harga emas masih ada potensi untuk melemah lebih jauh melihat sinyal-sinyal kenaikan yang telah diberikan oleh pasar saham.

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Feb 2017, 07:12 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2017, 07:12 WIB

Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Tekanan kepada harga emas ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan pernyataan soal pemotongan pajak sehingga mendorong kenaikan bursa saham.

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (11/2/2017), harga emas untuk pengiriman April turun 0,1 persen ke level US$ 1.235,90 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Di awal perdagangan, harga emas sempat menyentuh level US$ 1.225,20 per troy ounce.

Pasar saham AS dan juga Eropa merangkak naik kembali setelah Donald Trump dalam pertemuan dengan pejabat eksekutif beberapa maskapai penerbangan dan menyatakan bahwa pemerintah AS akan memeprcepat keluarnya aturan soal pemotongan pajak.

"Bursa saham langsung reli dan berdampak kepada harga emas karena investor menghindar dari aset-aset safe haven dan kembali memburu aset yang memiliki imbal hasil yang lebih tinggi," jelas analis dari Accendo Markets.

Dalam catatan Accendo Markets, ke depan harga emas masih ada potensi untuk melemah lebih jauh melihat sinyal-sinyal yang telah diberikan oleh pasar saham. Beberapa kali bursa saham AS mencetak rekor tertinggi dan sangat antusias dengan prospek kebijakan dari Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average dan juga S&P 500 baru-baru ini naik masing-masing 0,5 persen dan 0,4 persen, setelah sehari sebelumnya juga telah mencetak rekor tertinggi.

Sedangkan nilai tukar dolar AS juga terus menguat pada perdagangan dua hari ini. WSJ Dollar Index, indeks yang menghitung nilai tukar dolar AS dengan sekeranjang mata uang dunia lain, naik 0,2 persen ke 91,14.

Penguatan dolar AS ini cenderung memberikan tekanan kepada harga emas karena akan lebih mahal bagi para investor atau pemburu emas yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya