Bisakah Dana Lelang Harta Karun Biayai Proyek Infrastruktur RI?

Biaya pengangkatan harta karun dari perut laut Indonesia membutuhkan ongkos sangat mahal.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Feb 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2017, 10:00 WIB
Harta Karun
Harta Karun

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut ada 463 titik teridentifikasi terpendam harta karun atau Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di bawah laut Indonesia yang ditaksir memiliki nilai jual hingga Rp 168,91 triliun.

Bila harta karun tersebut bisa diangkat, bisakah pemerintah memakai dana lelang harta tersebut untuk membangun infrastruktur di Indonesia?

"Bisa saja sih, tapi itu bisa menimbulkan pro dan kontra. Kita bisa dikomplain yang punya budaya tersebut (masyarakat sekitar)," kata Kasubdit Pengawasan Produk dan Jasa Kelautan KKP Halid Yusuf  saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Selasa (14/2/2017).

Selain itu, dia mengakui, biaya pengangkatan harta karun dari perut laut Indonesia membutuhkan ongkos sangat mahal. Dari perhitungan pihak swasta, investasi untuk mengangkat BMKT mencapai US$ 4,5 juta sampai US$ 6 juta atau sekitar Rp 59,85 miliar-Rp 86,45 miliar (kurs Rp 13.300 per dolar AS).  Sementara biaya pengangkatan oleh pemerintah dapat ditekan sekitar Rp 4 miliar-Rp 8 miliar.

"Kalau pengangkatan dilakukan terus menerus, barang mau diapakan. Jangankan US$ 6 juta, bicara Rp 4 miliar saja sudah beban berat buat kita. Jadi bagaimana upaya kita, barang tidak diangkat tapi aman di dalam laut dan kalaupun sudah diangkat, kita isi museum pemerintah, jadi objek penelitian," Halid menerangkan.

Lebih jauh dia menuturkan, pemerintah pernah berupaya melelang atau menjual harta karun dari hasil 10 pengangkatan di bawah periode 2010. Namun gagal lelang karena kurang peminat, yang artinya tidak memenuhi standar pelelangan yang ada.

"‎Pada 2010, kita pernah mencoba lelang dua kali terhadap hasil pengangkatan BMKT di dalam negeri di bawah 2010. Tapi gagal lelang, kurang peminat karena harapan kita dari luar negeri, tapi nyatanya cuma ada dua peminat dari dalam negeri. Sedangkan syarat pelelangan harus ada tiga peminat," tutur dia.

Halid mengaku, tidak tahu penyebab pastinya. Dugaan bahwa lelang tidak berhasil karena tidak ada komunikasi yang baik kepada seluruh pihak, sehingga lelang sepi peminat dan harta karun bersejarah itu kini menumpuk di gudang penyimpanan Cileungsi sebanyak 200 ribu-300 ribu item.

"Harta karun di warehouse Cileungsi dalam waktu dekat akan kita taksasi berapa nilai jualnya, karena kan barang semakin hari semakin menyusut. Setelah dipilih untuk negara, kita akan bagi untuk pemerintah dan pihak swasta yang mengangkat masing-masing 50 persen," tandas Halid. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya