Harga Emas Jatuh dari Posisi Tertinggi dalam 3 Bulan

Kebijakan Donald Trump untuk menyesuaikan tarif pajak perbatasan (pajak impor) justru akan berdampak negatif bagi harga emas.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Feb 2017, 06:46 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2017, 06:46 WIB
Investor Menunggu Keputusan The Fed, Harga Emas Menguat
Pelaku pasar cenderung menunggu hasil keputusan bank sentral Amerika Serikat terkait suku bunga sehingga harga emas bergerak terbatas.

Liputan6.com, New York - Harga emas jatuh usai sempat mencapai posisi tertinggi dalam tiga setengah bulan. Penurunan harga terpicu kenaikan imbal hasil Treasury AS dan investor yang menanti pidato Presiden AS Donald Trump di depan kongres perihal belanja infrastruktur, pungutan impor dan kebijakan luar negeri lainnya.

Melansir laman Nasdaq, Selasa (28/2/2017), harga emas  di pasar Spot turun 0,1 persen menjadi US$ 1.255.22 per ounce, setelah naik ke level US$ 1.263,80, level tertinggi sejak 11 November.

Sementara harga emas berjangka AS ditutup naik 0,04 persen menjadi US$ 1.258,80 per ounce.

Rencananya Trump akan memberikan pidato di depan kongres pada Selasa malam. "Apa yang ia akan ungkapkan mungkin penting untuk emas. Misalnya, jika ia mengumumkan pelonggaran fiskal yang signifikan, yang akan meningkatkan ekspektasi inflasi dan investor timah menjadi emas, "kata
Analis Danske Bank Jens Pederson.

Namun dia menambahkan, jika Trump memutuskan untuk menyesuaikan tarif pajak perbatasan (pajak impor) justru akan berdampak negatif bagi emas karena Dolar yang lebih tinggi.

"Seluruh kebijakan luar negeri mungkin berarti ketidakpastian politik dan positif untuk emas," dia menambahkan.

Harga emas sempat mencapai posisi tertinggi dalam tiga setengah bulan setelah Trump mengatakan ia akan mengusulkan anggaran yang akan meningkatkan pengeluaran pada pertahanan, tapi mencari sumber lain untuk membayar untuk itu.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya