Liputan6.com, Jakarta Kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia diharapkan mempererat hubungan kedua negara. Kunjungan ini juga diharapkan memperkuat hubungan dari segi bisnis baik investasi maupun perdagangan.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kemeterian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengatakan, adanya kunjungan Raja Salman diharapkan bisa bisa mendorong konsumsi ikan di Arab Saudi khususnya untuk jamaah umroh dan haji. Dia mengaku, telah memiliki rancangan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan pemerintah Arab Saudi.
"Kami sudah ada rancangan MoU yang akan dikembangkan pemerintah Indonesia dan Raja Arab Saudi. Intinya adalah bagaimana perikanan Indonesia mampu dikonsumsi, dimanfaatkan oleh masyarakat di Saudi, terutama Anda tahu kan mengenai jumlah jamaah umroh haji dan sebagainya luar biasa," kata dia seperti ditulis, Rabu (1/2/2017).
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, jamaah tersebut juga membutuhkan konsumsi ikan. Dia berharap, adanya nota kesepahaman tersebut mampu mendorong ekspor ikan. "Mereka juga butuh konsumsi ikan, kalau bisa membuka channeling memberi dukungan bisa meningkatkan ekspor kita," imbuh dia.
Di samping itu, Indonesia juga akan menawarkan investasi terutama untuk menggarap di pulau terkecil ataupun terluar di Indonesia. Namun, Sjarief belum membeberkan lokasi mana yang akan ditawarkan ke Arab Saudi.
"Investasi juga begitu kita coba tawarkan ada beberapa peluang kita untuk pulau terkecil dan terluar dan sebagainya. Kalau Saudi berkenan membuat kerjasama investasi di perikanan nanti bisa dikembalikan diekspor," pungkas dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan, Kementerian Perindustrian akan mendorong importasi bahan baku industri petrokimia dari Arab Saudi. Sebab Arab Saudi merupakan negara yang memiliki banyak persediaan bahan baku bagi industri seperti minyak dan gas yang dibutuhkan oleh sektor ini.
“Di sana kan penghasil banyak minyak dan gas. Mereka juga master di bidang itu. Jadi kita dorong saja kalau impornya dari mereka," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Hampir 60 persen bahan baku petrokimia Indonesia masih penuhi dari impor. Oleh sebab itu, jika impornya dari negara yang memiliki banyak persediaan minyak dan gas, Sigit optimistis ke depan Indonesia tidak akan kekurangan bahan baku untuk industri petrokimia.
Saat ini, pemerintah sedang mendorong pengembangan industri berbasis petrokimia di Cilegon-Banten, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sigit berharap, dengan datangnya rombongan dari Arab Saudi yang membawa 1.500 pengusaha ini dapat tertarik untuk mengembangkan industri petrokimia, terutama untuk mensuplai bahan baku di dalam negeri.
Sejalan dengan hal itu, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Harjanto berharap kedatangan Raja Arab Saudi beserta rombongan dapat memberikan dampak yang baik bagi investasi industri di Indonesia, terutama untuk memasok bahan baku industri petrokimia.
"Di sana salah satunya banyak gas dan minyak, kita juga butuh investasi dalam industri yang cukup masif, seperti industri petrokimia itu ada suplai bahan bakunya yang kita sediakan dalam negeri tapi ada juga yang impor," kata dia. (Amd/Gdn)