Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengaku pekerjaan pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan sosial bukan perkara mudah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di republik ini sebesar 10,7 persen dengan jumlah orang miskin 27,76 juta per September 2016. Sementara angka gini rasio sebesar 0,40.
Untuk mengurangi angka kemiskinan itu, Sri Mulyani mengaku Indonesia sebenarnya memiliki anggaran. Hanya saja dalam manajemen pengelolaannya belum maksimal.
Baca Juga
"Persoalannya jadi bukan pada uang. Di negara miskin, seperti yang pernah saya kunjungi di Afrika, persoalannya tidak ada duit, jadi lebih rumit. Kalau kita ada duit, cuma persoalannya resouces mengurangi kemiskinan itu," papar dia di kantornya, Kamis (2/3/2017).
Sri Mulyani memaparkan, sewaktu menjadi Menteri Keuangan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), anggaran belanja negara mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan saat ini.
Hanya saja, peningkatan anggaran yang signifikan tersebut tidak bisa diimbangi dengan kenaikan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Hal ini yang juga menjadi bukti resources Indonesia masih harus ditingkatkan.
Advertisement
"Ini bisa menjadi indikator bahwa kita itu krisis manajemen dan kepemimpinan, krisis ide, kemungkinan juga ini krisis korupsi dan tata kelola yang tidak baik," tegas dia.
Untuk itu dia mengajak kepada seluruh pimpinan, baik pimpinan pusat dan pimpinan daerah untuk menjalankan reformasi birokrasi. Dengan perbaikan tersebut anggaran pemerintah bisa dialokasikan lebih efektif dan berkualitas. (Yas/nrm)