AS Tak Mau Dolar Terlalu Kuat Berdampak ke Negara Berkembang

Ada potensi kenaikan suku bunga the Federal Reserve dapat mendorong dolar AS menguat terhadap mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Mar 2017, 13:29 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 13:29 WIB
Dolar AS
Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mewaspadai rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (The Fed) berdampak terhadap penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) sehingga dapat berpengaruh ke pergerakan rupiah.

Namun pemerintah AS mulai mengantisipasi hal tersebut supaya daya saing tetap terjaga.

"Kalau Fed Fund Rate naik, membuat minat dunia lebih memilih dolar AS. Kemudian dolar AS menguat," ujar Agus saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (6/3/2017).

Di sisi lain, Agus menerangkan, Menteri Perdagangan (Mendag) AS membuka ruang negosiasi perdagangan dengan Meksiko. Dalam hal ini, Ia mengakui, pelaku pasar membaca peluang negosiasi dengan Meksiko sebagai sebuah langkah AS untuk menahan penguatan dolar AS.

"Pasar langsung membaca AS tidak mau dolar AS terlalu kuat karena itu akan membuat mereka tidak kompetitif. Jadi kita perlu mengantisipasi itu, karena kalau dolar AS tidak terlalu menguat akan membawa dampak ke negaranya," jelas dia.

"Akhirnya mata uang negara berkembang lain tidak terlalu jatuh karena penguatan mata uang dolar AS. Itu adalah dinamika yang antisipasi," Mantan Menteri Keuangan itu menerangkan.

Agus menuturkan, BI sebagai otoritas moneter akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, termasuk dolar AS. Apabila terjadi gejolak kurs rupiah berlebihan, BI akan melakukan intervensi baik di pasar valas maupun SBN.

"Kalau terjadi volatilitas tinggi, pasti BI akan merespons. Tapi kita akan terus menjaga nilai tukar rupiah supaya mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dengan tidak ragu berada di pasar untuk jaga stabilitas," Agus menerangkan.

Agus bilang, BI tidak menargetkan untuk menjaga kurs rupiah berada pada satu level tertentu. "Kita tidak kemudian menargetkan satu nilai tukar rupiah tertentu. Yang mesti dijaga volatilitasnya," ucap dia.

Mengutip Bloomberg, posisi dolar AS berada di Rp 13.357 pada awal pekan ini. Dolar AS cenderung melemah dari penutupan pada akhir pekan lalu di kisaran Rp 13.383. Sepanjang 2017, rupiah bergerak di kisaran 12.886-13.873 per dolar AS.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya