Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengunjungi Malaysia, Indonesia, dan Jepang, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud kini bertolak ke China sebagai bagian dari Tur Asia yang dijalaninya. Kunjungan Raja Salman ke negeri Tirai Bambu tersebut menghasilkan berbagai kerja sama antar kedua negara yang ditaksir nilainya mencapai US$ 65 miliar atau setara dengan Rp 867 triliun (estimasi kurs 13.300 per dolar AS)
Investasi Raja Salman ke China tersebut jauh di atas nilai investasi ke Indonesia atau ke Malaysia. Bahkan jika digabung investasi Arab Saudi ke Indonesia dan Malaysia tak mencapai 25 persen dari investasi Arab Saudi ke China.
Mengutip dw.com, Jumat (17/3/2017), kesepakatan yang disetujui oleh Raja Salman dan Presiden Xi Jinping mencakup berbagai bidang. Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Ming mengatakan, kesepakatan yang dilakukan terkait bidang energi hingga luar angkasa.
Advertisement
Baca Juga
“Presiden Xi Jinping dan Raja Salman merupakan teman lama. Kesepakatan antara China dan Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar,” ungkap Zhang.
Kunjungan Raja Salman selama tiga hari lamanya di China merupakan kunjungan balasan setelah Presiden Xi Jinping mengunjungi Riyadh tahun lalu. Selain itu, Raja Salman juga ingin memperkuat perjanjian perdagangan termasuk di antaranya menawarkan investasi saham di perusahaan minyak milik Arab Saudi, Aramco.
Presiden Xi mengatakan, kunjungan Raja Salman merupakan potret nyata hubungan baik antara Arab dan China. Para ahli menilai hubungan baik yang tercipta antara China dan Arab Saudi juga sejalan dengan kebijakan Presiden Xi Jinping yang dikenal dengan nama 'One Belt One Road'.
Kebijakan yang dikeluarkan Presiden Xi tersebut mencakup urusan investasi dan perdagangan di beberapa negara Asia dan Timur Tengah. One Belt One Road juga akan memiliki kebergantungan yang besar terhadap pemerintah Arab Saudi yang merupakan negara berpengaruh di Timur Tengah.
Pakta kerja sama antara perusahaan Arab Saudi dan China telah dilakukan. Perusahaan industri Arab Saudi Saudi Basic Industries Corp (SABIC) dan perusahaan minyak asal China Sinopec setuju untuk mengembangkan proyek petrokimia di kedua negara.
Indonesia dan Malaysia
Jika dalam kunjungan Raja Salman ke China mampu menghasilkan komitmen hingga Rp 867 triliun, maka di Indonesia hanya menghasilkan komitmen investasi yang riil sekitar Rp 93 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 10 persen dari komitmen investasi Arab ke China.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, kunjungan Raja Salman ke Indonesia ini merupakan kunjungan yang sangat bersejarah, karena kunjungan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia, terjadi pada tahun 1970, atau 47 tahun yang lalu.
Menurut Pramono, dalam kunjungan Raja Salman ditandatangani investasi perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, di Cilacap dengan nilai US$ 6 miliar. Selain itu, juga akan ada project lain yang akan ditandatangani, kurang lebih sebesar US$ 1 miliar dan project-project lainnya. Jika ditotal, total komitmen investasi Raja Salman di Indonesia mencapai US$ 7 miliar atau Rp 93,10 triliun.
Komitmen Arab Saudi di Indonesia ini hampir sama dengan komitmen Raja Salman di Malaysia. Perdana Menteri Najib Razak mengumumkan Arab Saudi telah berinvestasi senilai US$ 7 miliar untuk minyak di negara itu. Proyek itu akan dikerjakan oleh Petronas, perusahaan pemerintah.
Investasi Raja Salman terhadap Petronas diharapkan bisa meningkatkan keuntungan perusahaan milik Malaysia yang selama ini kembang kempis di tengah rendahnya harga minyak dunia. (Vna/Gdn)