Donald Trump Masukkan RI dalam Daftar Negara Curang

Donald Trump memerintahkan ke staf untuk mengumumkan negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan AS.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 03 Apr 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 20:24 WIB
Presiden AS Donald Trump
Presiden AS Donald Trump (Pablo Martinez Monsivais/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) yang mencapai US$ 50 miliar. Negara-negara ini disebutnya sebagai negara yang curang terhadap perdagangan AS. Dalam daftar yang disebutkan, salah satunya adalah Indonesia.

Seperti dilansir dari ChannelnewsAsia, Senin (3/3/2017), Pejabat Tinggi AS mengatakan bahwa Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.

Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisa negara per negara dan produk per produk. Hasilnya akana dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.

Mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia.

"Ini akan menjadi dasar untuk keputusan yang diambil pemerintah," ujarnya.

Perintah itu akan keluar satu pekan sebelum Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan nampaknya akan menjadi peringatan dini atas Beijing.

"Perlu disebutkan bahwa sumber defisit terbesar adalah China," kata Ross.

Selain China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit perdagangan AS. Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

Walau begitu, Ross mengatakan, hal itu tidak serta merta membuat Amerika Serikat  akan melakukan aksi balasan.

"Sulit mengatakan bahwa seseorang disebut lebih jahat jika mereka memproduksi barang yang kita tak bisa produksi," tambahnya.

"Pada sejumlah kasus, ada negara yang lebih baik dan lebih murah dalam memproduksi sesuatu daripada kita. Jadi, bukan berarti yang di dalam daftar tersebut jahat atau curang," katanya. (Zul/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya