Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memasukkan Indonesia dengan beberapa negara lain seperti China ke dalam negara curang terhadap perdagangan AS. Negara-negara itu harus bertanggung jawab atas defisit perdagangan AS yang mencapai US$ 50 miliar.
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita menanggapi perintah eksekutif Donald Trump kepada stafnya tersebut. Menurutnya, pemerintah Indonesia akan menunggu langkah lanjutan dari Trump terkait hal ini.
"Kita ikuti dulu dan kami tunggu langkah yang akan ditempuh," kata Enggartiasto dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Advertisement
Pemerintah Indonesia, kata dia, akan mengevaluasi komoditas-komoditas yang selama ini diekspor ke Amerika. Evaluasi ini untuk melihat apakah komoditas yang dipasok ke Negeri Paman Sam itu berpotensi untuk dipersoalkan.
Baca Juga
"Sementara ini, kita evaluasi komoditas yang kita ekspor ke AS apakah berpotensi untuk dipersoalkan. Selain itu, kita minta perwakilan kita di Washington DC untuk memantau dan memonitor," jelas Enggartiasto.
Sebelumnya, Senin 3 April 2017, Donald Trump memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan AS yang mencapai US$ 50 miliar. Negara-negara ini disebutnya sebagai negara yang curang terhadap perdagangan AS.
Pejabat Tinggi AS mengatakan, Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.
Sekretaris Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisis negara per negara dan produk per produk. Hasilnya akan dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.
Mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia.
"Ini akan menjadi dasar untuk keputusan yang diambil pemerintah," ujarnya.
Perintah itu akan keluar satu pekan sebelum Donald Trump bertemu Presiden China Xi Jinping. Ini tampaknya akan menjadi peringatan dini atas Beijing. "Perlu disebutkan bahwa sumber defisit terbesar adalah China," kata Ross.
Selain China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit neraca perdagangan AS. Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam. (Fik/Gdn)