Inflasi April Diprediksi 0,05 Persen Akibat Tarif Listrik Naik

Inflasi April didorong kenaikan harga atau tarif barang yang diatur pemerintah, terutama penyesuaian tarif dasar listrik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Mei 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2017, 08:15 WIB
Inflasi April didorong kenaikan harga atau tarif barang yang diatur pemerintah, terutama penyesuaian tarif dasar listrik.
Inflasi April didorong kenaikan harga atau tarif barang yang diatur pemerintah, terutama penyesuaian tarif dasar listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diprediksi akan mencetak inflasi di April 2017 sebesar 0,05 persen atau lebih tinggi dari realisasi deflasi 0,02 persen pada bulan sebelumnya. Penyebab utama perkiraan inflasi di bulan keempat ini akibat kenaikan tarif dasar listrik.

"Inflasi April 2017 diproyeksikan 0,05 persen (month to month/mom) dan inflasi tahunan 4,1 persen (year on year/yoy)," kata Ekonom dari SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Eric meramalkan inflasi April 0,05 persen didorong akibat kenaikan harga atau tarif barang yang diatur pemerintah (administered‎ prices), terutama penyesuaian tarif dasar listrik. Akan tetapi, laju inflasi masih tertahan karena penurunan harga bahan pangan.

"Pendorong inflasi dari kenaikan administered prices, terutama kenaikan tarif listrik. Tapi (inflasi) masih bisa diredam oleh turunnya harga pangan karena musim panen," jelasnya.

‎Berbeda, Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede justru memprediksi terjadi deflasi di April 2017 sebesar 0,05 persen (mom). Sementara secara tahunan, diproyeksikan inflasi 4,03 persen (yoy). Inflasi inti diprediksi stabil sebesar 3,32 persen (yoy).

"Deflasi 0,05 persen di April disumbang deflasi komponen bahan makanan bergejolak yang utamanya bersumber dari penurunan harga komoditas bahan pangan strategis seiring musim panen raya," dia menerangkan.

Adapun komoditas pangan penyumbang deflasi di April, kata Josua, terdiri dari kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food), seperti cabai merah, bawang merah, dan beras.

"Deflasi volatile food diperkirakan akan di-offset inflasi administered prices yang disebabkan kenaikan tarif listrik tahap II. Khususnya dirasakan pelanggan pascabayar," Josua menuturkan.

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengaku, pergerakan inflasi pada bulan keempat diprediksi bergerak moderat.

Perkiraannya, inflasi di April akan lebih banyak dipengaruhi penyesuaian tarif listrik golongan 900 VA yang memiliki peranan 17 persen terhadap keseluruhan pelanggan.

"Kalau di Maret kan penyebabnya kenaikan tarif listrik atas pelanggan yang peranannya 12,6 persen, tapi di April nanti yang 17 persen, jadi pasti dampak ke inflasi ada kenaikan sedikit," tuturnya.

Sementara untuk harga bahan pangan, dia bilang, komoditas beras, cabai, bawang, daging ayam dan telur ayam diprediksi masih akan terus turun sehingga bukan lagi ancaman untuk inflasi April. Potensi kenaikan harga justru terjadi di Mei dan Juni, saat puasa dan Lebaran.

"Kemungkinan untuk beras, cabai, bawang, daging ayam dan telur ayam akan turun. Tapi menjelang puasa tidak terhindarkan lagi, pasti naik. Antisipasinya pemerintah harus menyediakan stok yang lebih banyak, sehingga kalaupun naik tidak akan signifikan," tukas Sasmito. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya