BI Waspadai Risiko Kenaikan Harga Pangan Jelang Puasa

Koordinasi pemerintah dan BI dalam pengendalian inflasi terus diperkuat untuk hadapi risiko kenaikan harga pangan dan administered price.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Mei 2017, 20:12 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2017, 20:12 WIB
20151104-Bahas-Bank-Indonesia
Bank Inodnesia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan pemerintah akan terus berupaya mengendalikan laju inflasi agar tetap berada pada sasaran yang ditetapkan 4 plus minus 1 persen hingga akhir 2017. Hal ini menyusul realisasi inflasi di April 2017 sebesar 0,09 persen.

"‎Inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4 plus minus 1 persen," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, di Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Oleh karena itu, Tirta mengungkapkan, koordinasi kebijakan pemerintah dan BI dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian harga barang yang diatur pemerintah (administered prices).

"Penyesuaian administered prices ini sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa," ujar dia.

BI menguraikan, Indeks Harga Konsumen (IHK) April 2017 mencatat inflasi sebesar 0,09 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm).

Inflasi IHK terutama disumbang oleh inflasi komponen administered prices. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK hingga bulan April tercatat 1,28 persen (ytd) atau secara tahunan mencapai 4,17 persen (yoy).

Inflasi administered prices pada April 2017 mencapai 1,27 persen (mtm), meningkat dari bulan lalu yang sebesar 0,37 persen (mtm).

Peningkatan inflasi administered prices terutama disebabkan kenaikan tarif listrik akibat kenaikan tarif listrik tahap kedua untuk pelanggan pascabayar daya 900 VA non subsidi.

Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh penyesuaian tarif angkutan udara, harga bensin, dan rokok. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 8,68 persen (yoy).

Inflasi inti April 2017 tercatat sebesar 0,13 persen (mtm), sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,10 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan, tarif pulsa ponsel, dan sewa rumah. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,28 persen (yoy).

Peningkatan inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti tertahan oleh kelompok volatile food yang pada April 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 1,26 persen (mtm), melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,77 persen (mtm).

Deflasi terutama bersumber dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, daging sapi, ikan segar, telur ayam ras, dan minyak goreng. Penurunan harga pangan terjadi seiring dengan melimpahnya pasokan karena panen raya. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 2,66 persen (yoy).

 

 

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya