Rupiah Menguat Tipis, Pelaku Pasar Menunggu Keputusan The Fed

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.291 per dolar AS hingga 13.307 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Mei 2017, 13:42 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2017, 13:42 WIB
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.291 per dolar AS hingga 13.307 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.291 per dolar AS hingga 13.307 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Ruang penguatan rupiah masih tersedia.

Mengutip data perdagangan rupiah, Rabu (3/5/2017), rupiah dibuka di angka 13.300 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.312 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.291 per dolar AS hingga 13.307 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,31 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.297 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.316 per dolar AS.

Dolar AS memang bergerak stabil di Asia. Para pelaku pasar sedang menunggu pernyataan kebijakan dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Para analis dan ekonom memperkirakan, the fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) pada pekan ini. Kenaikan suku bunga selanjutnya diprediksi dilakukan pada Juni 2017.

Selain itu, Dolar AS sedikit tertekan karena kondisi geopolitik. "Kekhawatiran tentang risiko geopolitik seperti Korea Utara telah membebani dolar AS baru-baru ini," jelas Analis Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura, Satoshi Okagawa, seperti dikutip dari Reuters.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah berhasil menguat pada perdagangan Selasa bersama kurs lain di Asia. Dolar AS yang lemah lebih menjadi pemicu dibanding sentimen domestik mengenai ketidakpastian pengumuman peringkat utang oleh S&P. "Rilis S&P di kisaran akhir April hingga awal Mei ini," jelas dia.

Ruang penguatan rupiah masih tersedia melihat dolar AS yang terus tertekan walaupun secara fundamental, tren naik harga komoditas yang belum kembali, akan membatasi ruang apresiasi. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya