Berapa Uang yang Dihasilkan Pasukan Hacker Korea Utara?

Pasukan peretas alias hacker Korea Utara dituduh bertanggung jawab atas serangan siber di 31 negara.

oleh Vina A Muliana diperbarui 09 Mei 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2017, 19:48 WIB
Berapa Uang yang Dihasilkan Pasukan Hacker Korea Utara?
Berapa Uang yang Dihasilkan Pasukan Hacker Korea Utara? (foto: dailybeast)

Liputan6.com, Seoul - Hidup di bawah kekangan besar dari pemerintahnya membuat sebagian besar rakyat Korea Utara (Korut) tidak mengetahui dengan baik dunia teknologi dan internet.

Walau begitu, negara komunis satu ini ternyata mampu mendulang penghasilan cukup besar dari aktivitas pasukan siber miliknya. Pasukan ini sering meretas berbagai situs milik pemerintah hingga bank internasional.

Menurut National Intelligence Service, Korea Selatan, ada sekitar 1.000 hingga 3.000 hacker profesional yang dibina Korut. Pemerintah Korut melatih para hacker tersebut di sekolah-sekolah elite dan ditempatkan dalam satu tempat tinggal terpusat sehingga mudah dimanfaatkan untuk melancarkan serangan siber ke berbagai negara.

Dari aksi meretasnya, pasukan siber Korut mampu mendulang untung besar. Seperti dilaporkan Dailybeast, Selasa (9/5/2017), aksi hacker Korut meretas Bangladesh Bank pada 2016 dan mampu mencuri uang hingga US$ 1 miliar. Jumlah uang tersebut dinilai cukup untuk membiayai percobaan nuklir di Korut.

Sebelumnya diberitakan, pasukan hacker Korea Utara juga mampu meretas Banco del Austro di Ekuador. Aksi pencurian ini mampu meraup uang hingga US$ 12 juta pada tahun 2015.

Paling baru, lembaga keamanan siber Korea Selatan menuduh hacker Korea Utara atas pencurian bitcoin senilai US$ 90 ribu. Pencurian ini dilakukan setiap bulan dari Korea Selatan dan beberapa negara di dunia sepanjang 2013-2015. 

Laporan yang dikeluarkan perusahaan keamanan Symantec Corp menjelaskan, kelompok hacker Korea Utara sering disebut dengan nama Lazarus. Dalam sebuah pernyataan di blog-nya, Symantec mengatakan kelompok ini bertanggung jawab atas serangan siber di 31 negara.

Kasus hacking terbesar yang ditemukan Symantec adalah di Polandia, diikuti Amerika Serikat (AS), Meksiko, Brasil, dan Chili.

Meski sebagian besar serangan siber itu tak berhasil mendapatkan sejumlah uang, Symantec menyebut sebagian lagi berhasil menghasilkan uang dengan metode yang makin canggih. Misalnya, saat meretas sebuah situs di Polandia, para hacker menanamkan kode berbahaya ke laman tersebut.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya