Jayapura Bakal Kelebihan Pasokan Listrik 60 MW

Pengoperasian PLTMG Jayapura membuat PLN lebih efisien karena ada penghematan penggunaan bahan bakar minyak diesel.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Mei 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2017, 10:30 WIB
20151217-Sistem-Kelistrikan-Jakarta-AY
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jayapura - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melaksanakan pemasangan tiang pancang atau groundbreaking Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mobile Power Plant (MPP) Jayapura 50 Megawatt (MW) di Distrik Muara Tami, Kabupaten Jayapura, Papua.

Dengan adanya pembangkit listrik ini, Jayapura akan surplus listrik 60 MW sehingga mampu mendorong investasi masuk.

Direktur Pengadaan PT PLN (Persero), Supangkat Iwan Santoso mengungkapkan, proyek PLTMG MPP Jayapura 50 MW dikerjakan oleh PT PP Tbk. Kontrak proyek ini sudah ditandangani pada 21 Desember 2016 dan efektif per Januari 2017. Pembangunannya ditargetkan selesai September 2017.

"Investasi PLTMG ini senilai Rp 786 miliar dan menyerap tenaga kerja 458 orang pada saat beban puncak," kata Iwan saat ditemui di Kabupaten Jayapura, Papua, seperti ditulis Rabu (10/5/2017).

Iwan menghitung, pengoperasian PLTMG Jayapura 50 MW dapat membuat PLN lebih efisien karena ada penghematan dengan penggunaan bahan bakar minyak diesel sebesar Rp 230 juta per hari. Sementara bila dioperasikan dengan bahan bakar gas, penghematannya jauh lebih besar Rp 383 juta per hari.

"Beroperasinya PLTMG MPP Jayapura 50 MW akan menambah daya mampu Jayapura, termasuk sampai ke perbatasan Skouw sehingga akan ada margin (surplus) 60 MW," dia menerangkan.

Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Haryanto W.S menjelaskan, PLTMG MPP Jayapura saat beroperasi akan menggunakan bahan bakar diesel atau gas. "Tahap pertama pakai diesel, lalu kemudian pakai gas. Kami mau alokasi gas dari Blok Tangguh," ujar dia.

Dia menambahkan, pembangkit listrik ini bersifat mobile. Artinya dapat dibongkar atau dipindahkan dengan cepat karena hanya membutuhkan waktu 30 hari. Bisa diangkat, digeser, termasuk bangunan kantornya.

"Kalau di sini sudah ada pengganti pembangkit yang lebih besar, dan sudah cukup (listrik), pembangkit ini (PLTMG) bisa dipindahkan," tutur Haryanto.

Saat ini, dia mengungkapkan, Jayapura sudah kelebihan pasokan listrik 10 MW. Apabila PLTMG MPP 50 MW telah beroperasi, lanjutnya, Jayapura akan surplus listrik 60 MW pada akhir tahun ini.

"Surplus 10 MW belum cukup karena seharusnya minimal 30 persen dari daya beban puncak 70 MW dan cadangan minimal 25 MW. Dengan tambahan listrik, kami harapkan bisa menarik investor datang ke Papua," Haryanto berharap.

Agresif Bangun Pembangkit

Agresif Bangun Pembangkit

PLN pun telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore, Maluku Utara berkapasitas 2x7 MW. Iwan mengatakan, nilai investasinya Rp 130 miliar dan US$ 12,8 juta dan menyerap 1.080 orang tenaga kerja.

"Dengan beroperasinya PLTU 14 MW, maka Tidore akan surplus listrik 10 MW," ujar dia.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) MPP di Ternate 30 MW dengan investasi Rp 110 miliar dan di Nabire berkapasitas 20 MW yang menelan dana Rp 410 miliar. Target operasinya 2017.

Selanjutnya, Iwan menyebut, ada 330 MW pembangkit pada 16 proyek yang sedang dan akan dibangun di Provinsi Papua. Target selesai secara bertahap 70 MW di 2017, kemudian 175 MW di 2018, dan 85 MW di 2019. Sedangkan di Papua Barat, ada 130 MW dengan 8 proyek pembangkit dan dibangun pada 2018-2019.

"Lalu di Maluku, ada 16 proyek pembangkit segera dibangun kapasitas 230 MW. Selesai secara bertahap 130 MW di 2018 dan 100 MW di 2019. Juga di Maluku Utara 165 MW dari 12 proyek pembangkit akan segera dibangun 30 MW di 2017, 75 MW di 2018, dan 60 MW di 2019," jelas Iwan.

Iwan menuturkan, PLN juga sedang menyelesaikan pembangunan PLTU Holtekam berkapasitas 2x10 MW. Lokasinya persis di samping PLTMG MPP Jayapura 50 MW. "Sebenarnya sudah beroperasi tapi 1 unit belum disertifikasi jadi kami belum resmikan," tambahnya.

Investasi PLTU Holtekam, ia mengakui, mencapai Rp 492 miliar. "PLTU ini sudah sinkron, dan melewati beberapa tahapan ujian serta dalam persiapan pemenuhan sertifikat. Kalau Holtekam unit 2 sudah dapat sertifkat layak operasi," ujar dia.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya