Liputan6.com, New York Harga emas naik terpicu beberapa kondisi di dunia. Mulai dari kekacauan politik di Amerika Serikat (AS), uji coba rudal Korea Utara dan serangan virus dunia maya yang melanda beberapa negara telah mendorong kenaikan permintaan aset safe haven.
Kenaikan harga emas juga terpengaruh laporan data ekonomi AS yang mendorong dolar lebih rendah, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Melansir laman Reuters, Selasa (16/5/2017), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen ke posisi US$ 1.230,15 per ounce. Harga berada di jalur keuntungan pada hari ketiga usai mencapai posisi terendah dalam delapan minggu di US$ 1,213.81 pada minggu lalu. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,2 persen ke posisi US$ 1.230 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
"Ketidakpastian dari pemerintahan Trump, Korea Utara yang beraksi kembali dan laporan data ekonomi AS yang lemah membantu membawa kembali beberapa kepentingan," kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Data ekonomi AS yang lebih buruk dari perkiraan telah mengurangi harapan akan kembali terjadinya kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS. Pada tahun ini, pedagang masih mengharapkan terjadinya kenaikan pada Juni.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar dan mendorong yield obligasi naik, menempatkan tekanan pada harga emas.
Kenaikan permintaan emas, juga terjadi di Cina dan India, yang ikut mendukung harga.
Sementara untuk harga logam mulia lainnya, perak naik 1,1 persen
menjadi US$ 16,63 per ounce. Harga platinum naik 1,1 persen ke posisi US$ 927,48, dan paladium turun 1,1 persen menjadi US$ 797,40 per ounce.