Liputan6.com, Jakarta Utang pemerintah pusat tercatat kembali naik Rp 16,37 triliun menjadi Rp 3.667,41 triliun pada posisi April 2017 dibanding bulan sebelumnya. Jumlah utang tersebut diklaim aman karena secara rasio masih di bawah 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, rasio utang pemerintah pusat sampai dengan saat ini masih jauh dibanding negara lain yang mencapai 100 persen sampai 200 persen terhadap PDB.
"Utang negara kita tidak termasuk kategori tinggi dibanding negara lain. Rasio utang kita paling 30 persen dari PDB, sementara negara lain 100 persen-200 persen dari PDB," tegas dia yang ditemui usai Penyerahan LHP LKKL di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Baca Juga
Dalam Undang-undang (UU) Keuangan Negara, batas toleransi utang pemerintah pusat 60 persen terhadap PDB. Dengan demikian, rasio utang saat ini masih jauh dari ambang batas tersebut.
"Dibanding negara lain, kita tidak termasuk negara yang bermasalah dalam utang. Utang kita tidak dalam situasi membahayakan," kata Darmin.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, utang pemerintah pusat sampai dengan April 2017 sebesar Rp 3.667,41 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2.932,69 triliun (80 persen) dan pinjaman sebesar Rp 734,71 triliun (20 persen).
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, utang pemerintah pusat April ini secara neto meningkat sebesar Rp 16,37 triliun berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 19,85 triliun dan berkurangnya pinjaman (neto) sebesar Rp 3,49 triliun.
Penambahan utang neto sampai dengan April 2017 adalah sebesar Rp 156,25 triliun yang berasal dari kenaikan SBN sebesar Rp 152,08 triliun dan pinjaman sebesar Rp 4,17 Triliun.
Pembayaran kewajiban utang di bulan April 2017 mencapai jumlah sebesar Rp 49,23 triliun, terdiri dari pembayaran pokok utang yang jatuh tempo sebesar Rp 38,46 triliun, dan pembayaran bunga utang sebesar Rp 10,77 triliun.
Indikator risiko utang pada April 2017 menunjukkan bahwa rasio utang dengan tingkat bunga mengambang (variable rate) sebesar 11,4 persen dari total utang, sedangkan dalam hal risiko tingkat nilai tukar, rasio utang dalam mata uang asing terhadap total utang adalah sebesar 42 persen. Average Time to Maturity (ATM) sebesar 9 tahun, sedangkan utang jatuh tempo dalam 5 tahun sebesar 37,2 persen dari outstanding.
Advertisement