Cerita Warga Kampung Lontong Dapat Berkah Pakai Gas PGN

Konsumen gas rumah tangga dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menjangkau banyak kalangan.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 02 Jun 2017, 11:10 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2017, 11:10 WIB
Warga Kampung Lontong Surabaya pakai gas PGN (Foto: Dhimas Prasaja/Liputan6.com)
Warga Kampung Lontong Surabaya pakai gas PGN (Foto: Dhimas Prasaja/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Konsumen gas rumah tangga dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menjangkau banyak kalangan. Mulai dari industri besar hingga kecil. Di Surabaya, masyarakat Kampung Lontong adalah salah satu pelanggan gas alam dari PGN.

Di Surabaya ada kampung yang mendapat julukan Kampung Lontong, tepatnya di Kelurahan Kupang Krajan, Kecamatan Sawahan. Sebagian besar warganya memproduksi lontong dengan menggunakan Pipa Gas Negara (PGN).

Di kampung yang padat penduduk ini sejak tahun 2015 terpasang Pipa Gas Negara (PGN) (Persero).

Agung Priyanto, warga Banyu Urip Lor IX, / 20, Surabaya mengakui dengan menggunakan Pipa Gas Negara (PGN) yang baru empat bulan berjalan manfaatnya terasa sangat mudah dan efisien.

"Untuk usaha membuat lontong saya per hari mencapai 1.500 lontong selama memakai kompor LPG, tapi setelah menggunakan gas alam ini per harinya bisa sampai 2.000 lontong yang saya pasarkan di sekitar Pasar Manyar, Surabaya, dengan harga Rp 700, " kata Marjoko kepada Liputan6.com saat ditemui, Kamis, (1/6/2017)

Pemanfaatan Pipa Gas Negara (PGN) memang baru berjalan dan diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan beberapa waktu lalu di Surabaya.

Selain Marjoko, warga Banyu Urip lainnya, Sri Utami, menuturkan bahwa usaha membuat lontong yang dijalankannya mengalami kemajuan pesat setelah menggunakan saluran Pipa Gas Negara (PGN) yang disalurkan ke rumahnya sepanjang 9 meter.

"Saya usaha bikin lontong ini sudah 10 tahun lebih dan selama berjalan dua bulan hasilnya agak jauh sampai sehari bisa hasil 1.600 lontong. Saya pasarkan ke Pasar Mangga Dua (Wonokromo), kalau pakai elpiji tiga kilogram hasilnya hanya separuhnya saja," ujar Sri Utami kepada Liputan6.com, Kamis(1/6/2017)

Sri Utami menjelaskan bahwa untuk kebutuhan dapur sehari hari juga menggunakan saluran Pipa Gas Negara(PGN).

"Untuk usaha bikin lontong saya pakai Gas Alam, kalau sehari hari untuk masak juga pakai gas alam ini, Mas. Meskipun ada klasifikasi yang membedakan antara rumah yang digunakan sebagai usaha dan untuk rumahan biasa saya tetap pakai Gas Alam," paparnya.

Penggunaan Pipa Gas Negara(PGN) (Persero) itu menurut perempuan tiga anak ini sangat mudah.

"Pakai Gas Alam itu enggak khawatir jika sewaktu masak lontong tiba-tiba habis gasnya, terpaksa jauh belinya dan pemesan kadang pernah komplain dengan keterlambatan pengiriman lontong," kata Sri Utami.

Sri Utami menegaskan juga jika menggunakan Gas Alam tersebut kemudahan tidak mengkhawatirkan.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya